Senin, 03 September 2012

Kasih Yang Yesus Ajarkan (4)


KASIH YANG SEMPURNA

Kasih adalah persoalan hati dan persoalan roh. Kasih yang sempurna adalah kasih yang keluar dari kedalaman hati oleh karena kuasa Roh Kudus.
Kasih yang sempurna hanya bisa dilakukan oleh orang-orang percaya yang sudah lahir baru. Untuk menuju pada kelahiran baru seseorang harus mengalami peremukan daging, agar yang roh bisa keluar.

Kasih yang sempurna ialah kasih agape, kasih yang telah dicontohkan dan dikerjakan sendiri oleh Allah. Dia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu kepada dunia (Yohanes 3:16). Tuhan Yesus pun demikian, Dia menyerahkan hidupnya sendiri untuk penebusan dosa manusia.

A.      KONSEP TENTANG MENGASIHI
Tidak semua di antara kita yang mampu mengasihi secara sempurna kepada sesama kita. Kegagalan kita dalam mengasihi sesama disebabkan adanya pengertian yang salah dalam memahami konsep mengasihi itu sendiri. Kita beranggapan bahwa kekuatan mengasihi itu berasal dari dalamdiri kita sendiri.

Surat Yohanes menulis bahwa kita berasal dari Allah dan bahwa Roh Allah ada di dalam kita. Selanjutnya dikatakan bahwa kasih itu berasal dari Allah. Jikalau kita mengasihi, maka Allah di dalam kita dan kita di dalam Dia (1 Yohanes 4:7-21 band 2 Korintus 4:7). Dalam hal mengasihi sesama, dari pihak kita hanya diperlukan kemauan untuk mengasihi, bukan kemampuan untuk mengasihi. Kemampuan itu diberikan oleh Allah. Roh Allah yang ada di dalam kita itulah yang memampukan kita untuk mengasihi. Oleh karena itu kita tidak boleh putus asa dalam mengasihi, terutama mengasihi orang-orang sulit, sebab Allah-lah yang melaklukannya dengan sempurna di dalam kita.

Dalam penerapannya dengan sesama kasih kita lakukan sebagimana Tuhan Yesus telah melakukannya. Biarkan orang lain berkembang sebagaimana dirinya sendiri. Jangan menuntut orang lain mengikuti pikiran kita, sebab manusia itu unik dan masing-masing adalah dirinya sendiri. Beri kesempatan kepada orang lain untuk mewujudkan dirinya sendiri. Gembalakan orang lain. Jangan biarkan orang lain jatuh dalam kebinasaan. Ingatkan kesalahan mereka tanpa harus menghakimi, sebab kita pun tidak luput dari kesalahan. Serahkan setiap persoalan yang muncul sebagai akibat dari mengasihi kepada penghakiman TUHAN. Jadilah dewasa dengan persoalan-persoalan itu. Jangan menjadi kecewa ketika orang yang kita kasihi berbalik dan melawan kita.
Ingatlah senantiasa firman ini, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:8).

B.      KRITERIA KASIH YANG SEMPURNA
Kasih sempurna dimaksud adalah kasih yang hidup dan yang menghidupi kita untuk mengasihi. Kesempurnaan kasih akan teruji jika diperhadapkan dengan kebencian, permusuhan, ketidakadilan dan dosa. Kasih yang sempurna adalah kasih yang sanggup mengalahkan segala sesuatu. Kasih yang tidak berubah, kasih yang tulus, kasih bukan karena kewajiban, kasih yang mengalahkan ketakutan, mengalahkan dosa, mengalahkan keterasingan, mengalahkan kesesakan dan bahkan mengalahkan maut.

  1. Kasih Yang Tidak Berubah
Firman Allah sendiri menyatakan bahwa kasih itu kekal: “Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap”.  (1 Korintus 13:8).
Kasih Allah kepada dunia tidak pernah berubah sekalipun dunia rusak oleh dosa: “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap”.  (Maleakhi 3:6).
Perubahan kasih Allah kepada dunia bukan karena Allah berubah sikap, melainkan disebabkan oleh perilaku manusia sendiri yang berubah setia kepada Allah. Pada kenyataannya kasih manusia kepada Tuhan maupun kepada sesamanya dapat berubah karena beberapa faktor. Misalnya kecewa, perbedaan pendapat, takut tersaingi, tersinggung, merasa tidak dihargai, pengaruh kedudukan dan status sosial. Sesungguhnya Allah memahami kelemahan-kelemahan kita, tetapi sesungguhnya pula Allah mau agar kita penuh dengan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban: “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”.  (2 Timotius 1:7)

  1. Kasih Yang Tulus
Kasih yang tulus adalah kasih yang tidak pilih kasih dan kasih yang tanpa pamrih. Pilih kasih artinya mengasihi dengan pilih-pilih orang. Alkitab katakan, bahwa kasih yang diamalkan secara demikian disebut sebagai kasih yang memandang muka.

(Yakobus 2:1-4, 8, 9).
2:1 Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.
2:2 Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk,
2:3 dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!",
2:4 bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?

2:8 Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik.
2:9 Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.

Mengasihi yang tidak memandang muka adalah sikap mengasihi yang tidak mempertimbangkan untung atau rugi, sederajat atau tidak, serumpun atau tidak, dsb. Kasih tanpa pamrih adalah kasih yang tidak mengharapkan imbalan apa pun dari orang yang dikasihi. Di depan telah dijelaskan bahwa kasih itu memberi, bukan menerima. Kasih itu mengalir keluar, bukan ke dalam. Kasih itu melepas, bukan menarik. Dan memberi itu bukanlah sekedar memberi tetapi memberi dengan pilihan. Pilihan yang terbaik atau bahkan memberi yang utama.

Secara moral kasih itu tidak mengikat, tidak mengatur, tidak mengontrol, tidak memerintah dan tidak menguasai. Pamrih itu dapat berupa imbalan. Bentuk-bentuk imbalan yang mungkin terselib dalam perbuatan kasih yang salah itu misalnya secara tersembunyi minta dihormati, minta ditaati, minta dilayani, minta didukung, minta diutamakan dan sebagainya. Jikalau hal yang sedemikian itu terjadi maka yang ada bukanlah kasih tetapi eksploitasi. Dan ini adalah kejahatan.

Lukas 6:33-36.
6:33 Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.
6:34 Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.
6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
6:36 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."

  1. Kasih Yang Nyata
Semua yang kita bicarakan dan yang kita ajarkan di atas tidak akan ada gunanya, jika ternyata kasih itu tidak diterapkan atau dipraktekkan di dalam kehidupan sehari-hari. Hanya seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing (1 Korintus 13:1) Firman Tuhan katakan, bahwa kasih harus kita kerjakan dengan melibatkan tiga pihak, yaitu mengasihi Allah sebagai yang utama, kemudian mengasihi sesama dalam porsi yang sama besar dengan mengasihi diri sendiri.
Untuk mengasihi TUHAN Yohanes mengajarkan: (1 Yohanes 5:3,4).
5:3 Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,
5:4 sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.

Sedangkan untuk mengasihi sesama Tuhan Yesus mengajarkan:
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."  (Matius 7:12).

Seorang percaya yang benar; dalam posisi apa saja, dalam kondisi bagaimanapun dan di manapun juga; dia akan menerapkan prinsip ini di dalam kehidupan sehari-hari. TUHAN ditaruh di tempat yang utama dengan cara menaati perintah-perintah-Nya. Dan kemudian dalam aplikasinya senantiasa mengukur apa yang akan dilakukan terhadap orang lain, seperti yang diinginkannya sendiri dari orang lain lakukan kepada dirinya. Hal demikian telah dilakukan dengan baik oleh Gereja kita dalam mengemban Amanat Agung dengan memperhatikan keselamatan dan kebutuhan sesama.

  1. Kasih Yang Hangat
Kasih yang hangat adalah kasih yang bergairah, penuh kehangatan dan sarat dengan perbuatan baik. Sebaliknya, kasih yang dingin adalah kasih yang tidak mampu memberi pengaruh apa-apa kepada orang-orang di sekelilingnya. Kasih yang dingin bersifat apatis, tumpul, masa bodoh dan tidak peduli kepada lingkungan. Tuhan Yesus menyebutkan bahwa kasih yang dingin menjadi salah satu tanda dari zaman akhir: “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin” (Matius 24:12). Ketika kasih sudah menjadi dingin maka yang ada adalah permusuhan, kedurhakaan dan berbagai macam kejahatan.

Pada sisi lain, kasih yang dingin merupakan suatu bukti tentang lunturnya kasih mula-mula. Betapapun hebatnya seseorang beribadah dan melayani tetapi jika kehilangan kasih yang mula-mula, maka semuanya sia-sia.

Wahyu 2:1-5.
2:1 "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.
2:2 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
2:3 Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.
2:4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
2:5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Tuhan Yesus menegur jemaat Efesus karena mereka telah kehilangan kasih yang mula-mula. Orang yang kehilangan kasih mula-mula disebut sebagai orang yang telah jatuh ke dalam dosa yang sangat dalam (Wahyu 2:4,5). Wujud kasih mula-mula itu adalah kesukaan untuk bersekutu dengan TUHAN dan dengan sesama.

“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”. (Ibrani 10:25)

  1. Kasih Karena Mengasihi
Esensi dari kasih agape adalah mengasihi untuk mengasihi atau mengasihi karena mengasihi. Kasih agape adalah kasih yang keluar dari kedalaman hati TUHAN atau seseorang untuk memuntahkan kerinduan berbuat baik dan mulia kepada orang yang dikasihi. Kasih agape tidak mengenal waktu dan keadaan. Kasih agape tidak lekang oleh panasnya kesukaran dan tidak lapuk oleh lebatnya hujan persoalan. Kasih tidak seharusnya dilakukan karena kewajiban, tetapi semata-mata karena mengasihi. Kasih karena kewajiban ialah kasih yang dilakukan berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan oleh seseorang.

Di samping itu kasih karena kewajiban juga dapat disebabkan oleh lamanya waktu atau kewajiban hidup manusiawi. Wajar adanya jikalau seorang suami mengasihi isterinya, wajar jikalau orang tua mengasihi anak-anaknya dsb. Kasih demikian merupakan kemunduran dari kasih mula-mula. Kasih mula-mula adalah kasih yang pertama kali muncul dari kedalaman hati seseorang.

Kasih mula-mula adalah kasih yang berfokus hanya kepada orang yang dikasihi. Tidak menoleh ke kanan atau ke kiri dan tidak mendua hati. Kasih yang penuh kehangatan kerinduan dan keterikatan batin (Yeremia 2:2,3; bandingkan Wahyu 2:2-4).
2:2 "Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya.
2:3 Ketika itu Israel kudus bagi TUHAN, sebagai buah bungaran dari hasil tanah-Nya. Semua orang yang memakannya menjadi bersalah, malapetaka menimpa mereka, demikianlah firman TUHAN.

Orang yang menganggap bahwa kasih itu sebagai kewajiban, maka orang ini sudah kehilangan kasih mula-mula dan orang yang kehilangan kasih mula-mula itu berbuat dosa yang besar. Oleh sebab itu barangsiapa telah kehilangan kasih mula-mula harus segera bertobat (Wahyu 2:4,5). Di bawah kasih karena kewajiban ada kasih karena pamrih. Kasih karena pamrih adalah orang yang mengasihi, tetapi dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan dari subyek yang dikasihinya. Kasih karena pamrih adalah kasih yang rendah, bahkan tidak layak disebut kasih, tetapi eksploitasi.

  1. Kasih Yang Mengalahkan Ketakutan
Apakah sebabnya orang menjadi takut? Adakah hubungan antara dosa dengan ketakutan? Kita dapat katakan bahwa ketika seseorang menjadi takut di dalam dirinya pastilah tersimpan rasa bersalah atau dosa.

Untuk membuktikan kebenarannya mari kita mundur sejenak untuk melihat kehidupan manusia di taman Eden. Sebelum dosa masuk ke dalam diri manusia, hubungan antara manusia dengan TUHAN sangat intim. TUHAN dapat berbicara langsung kepada manusia tanpa ada penghalang. Tetapi setelah dosa itu berkuasa atas manusia, maka keintiman itu menjadi terputus.

Apakah buktinya? Bahwasanya ketika Allah ingin mendapatkan pertanggung jawaban dari manusia tentang apa yang telah mereka lakukan, Allah tidak mendapat jawaban yang diinginkan. Sebab manusia takut dan bersembunyi (Kejadian 3:10). Perjanjian Baru telah mengubah, bahkan membalik ketakutan itu menjadi keberanian untuk menghampiri tahta kasih karunia.

4:14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
4:16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.  (Ibrani 4:14-16).

  1. Kasih Yang Mengalahkan Dosa
Kasih itu mengalahkan dosa (1 Petrus 4:8).
4:8 Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.

Bukan saja dosa tetapi juga kejahatan (Roma 12:17-21)
12:17 Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
12:18 Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
12:19 Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.
12:20 Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.
12:21 Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!

dan pelanggaran (Amsal 27:17).
27:17 Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.

Pergesekan dengan sesama adalah suatu hal yang lumrah. Tidak perlu disimpan, dipersoalkan terlalu dalam dan dibesar-besarkan.

17:9 Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib.
27:5 Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.
18:15 "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.
(Amsal 17:9; 27:5; Matius 18:15).

Justru dengan pergesekan-pergesekan itu kita akan terdidik, semakin berhikmat dan bijaksana dalam menyikapi segala persoalan dengan sesama kita.

  1. Kasih Yang Mengalahkan Keterasingan
Musa mengingatkan umat Israel agar tidak lupa mengasihi orang asing, sebab dahulu umat Israel juga menjadi orang asing di tanah Mesir (Ulangan 10: 19). Dalam teks Pengakuan Iman Rasuli tertulis: "Aku percaya kepada Gereja yang Kudus dan Am."  Geraja Am, artinya: gereja itu melintasi batas-batas ras, suku bangsa, negara dan zaman. Jikalau anak-anak TUHAN di seluruh dunia berkumpul, maka tidak akan ditemui di sana apa yang disebut dengan orang asing. Mengapa? Karena seluruh orang percaya sedunia adalah keluarga besar Allah. Satu Bapa, satu TUHAN, satu baptisan, satu Roh dan satu Kasih.

2:19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,
2:20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
2:21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.
2:22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh. (Efesus 2:19-22).

“Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat”,  (Filipi 3:20).

  1. Kasih Yang Mengalahkan Kesesakan
Kesesakan demi kesesakan itu dapat menjadi alat yang empuk bagi Iblis untuk mematahkan kuasa iman orang percaya. Perhatikanlah Ayub. Betapa dia dihabisi oleh kesukaran-kesukaran itu. Segala kekayaannya lenyap, seluruh anaknya meninggal, isterinya memusuhi dan tubuhnya disiksa dengan banyak penyakit. Tetapi Ayub tetap mengasihi Allah, sehingga pada akhirnya keadaannya dipulihkan TUHAN. Gereja mula-mula adalah gereja yang penuh dengan kesesakan dan kesukaran. Tahun 64 kaisar Nero membuka permusuhan dengan Gereja TUHAN. Orang-orang Kristen dianiaya dalam Arena. Arena adalah pertunjukan adu manusia dengan binatang buas. Arena merupakan tontonan yang mengasyikkan bagi penduduk kota Roma pada zaman itu.

Demikian juga dengan gladiator. Gladiator adalah pertunjukan adu manusia. Gladiator merupakan tontonan yang tidak kalah menariknya dengan Arena. Di sanalah orang-orang Kristen diadu dengan sesama orang Kristen lainnya atau dengan penjahat-penjahat. Siapa yang kuat dialah yang menang dan yang tetap hidup, tetapi yang kalah dia harus menemui ajalnya. Banyak tokoh Gereja mula-mula yang menjadi martir karenanya. Di antaranya adalah Yustinus Martir dan Polikarpus.

Kesukaran tidak berhenti sampai di situ, pada zaman kaisar-kaisar sesudahnya seperti Deocletianus banyak orang Kristen yang dijadikan obor, dipancung dan dikerjarodikan. Namun demikian Gereja tidak pernah surut mengasihi Tuhan. Dan orang-orang percaya bersekutu dalam penderitaan mereka, berseru kepada TUHAN memohon pertolongan-Nya. Sampai pada akhirnya Gereja mencapai kemenangannya. Pada tahun 312 kaisar Konstantinus bertobat. Pertobatannya itu membawa kejayaan bagi Gereja. Gereja diangkat menjadi agama negara yang satu-satunya dan dilindungi oleh undang-undang.
Sehingga tidak salah jika rasul Paulus memberi pernyataan ini: "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?" (Roma 8:35).

  1. Kasih Yang Mengalahkan Maut
Dalam penderitaan-Nya di taman Getsemani, Tuhan Yesus berdoa: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39).
Ucapan doa ini mengandung dua pilihan. Satu sisi Tuhan Yesus ingin lepas dari cawan penderitaan, tetapi di sisi lain Dia harus taat kepada rencana Bapa atas keselamatan manusia.

Akar dari kesusahan ini adalah karena Bapa mengasihi dunia, sedemikian besar Bapa mengasihi dunia demikian juga Tuhan Yesus pun mengasihi dunia.
Rasul Paulus memberi pernyataan: "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu." (Filipi 1:21,22).

Ini pun suatu pilihan. Bagi Paulus mati itu lebih baik karena baginya akan berhenti dari segala kesukaran dan hidup damai bersama dengan Kristus. Tetapi karena kasihnya kepada jemaat, maka dia harus tetap hidup. Dan kalau dia hidup itu berarti rasul Paulus harus memberi buah, yaitu melayani jemaat supaya mereka semua tetap ada di dalam rencana keselamatan Kristus.
Kidung Agung menulis: "Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN" (Kidung Agung 8:6).
Ayat ini menyatakan bahwa kegigihan kasih atau cinta itu setara dengan maut. Jikalau seseorang yang sedang bercinta dibakar oleh api cemburu, maka maut pun diterjang demi cintanya.

C.      SENI MENGASIHI ORANG-ORANG SULIT
Tidak semua orang yang kita kasihi mengerti artinya dikasihi, apalagi membalas perbuatan kasih itu dengan mengasihi pula. Untuk yang demikian Tuhan Yesus mengajar, "Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:46-48).
Di samping nilai hukum, kasih juga bernilai seni. Menyatakan kesalahan tanpa menghakimi adalah sebuah seni. Kita hanya diijinkan untuk mengasihi, bukan membenci sekalipun dibenci. Untuk yang demikian maka diperlukan kiat-kiat tertentu agar kasih tetap hidup di dalam kita.

  1. Belajar dari pengajaran Tuhan Yesus
Mengasihi saudara-saudara kita dengan mengingatkan dosanya,
(Matius 18:15-17)
18:15 "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.
18:16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.
18:17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.

Tidak menuntut balas (Matius 5:38-42),
5:38 Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
5:40 Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
5:41 Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
5:42 Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.
Mengasihi dan mengampuni musuh adalah seni. Di mana kita harus menaruh kasih di antara kebencian dan mematikan perasaan benci dari dalam hati kita.

5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Matius 5:43,44).

Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.  (Lukas 23:34)

  1. Belajar dari teladan kehidupan Tuhan Yesus
Perhatikan juga cara Tuhan Yesus menyatakan kesalahan orang tanpa menghakimi. Ketika ditampar penjaga di depan Hanas karena pernyataan - Nya yang dianggap salah, Dia bersabda: "Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?" (Yohanes 18:23).
Perkataan itu diungkapkan bukan untuk menghakimi, melainkan untuk menyatakan kesalahan. Sekalipun ucapan itu tidak diterima, namun Tuhan Yesus tidak membenci dan tidak membalasnya. Kitab Amsal menulis: "Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah."  (Amsal 27:5,6).

  1. Belajar dari pengajaran Rasul Paulus
Rasul Paulus secara tegas menyatakan bahwa jika seseorang sudah tidak bisa diperbaiki, dalam nama Tuhan Yesus orang itu harus diserahkan kepada Iblis supaya dibinasakan tubuhnya asalkan rohnya dapat diselamatkan pada hari Tuhan (1 Korintus 5:5). Hal itu berarti, bahwa kita harus tegas terhadap kesalahan seseorang, tetapi tidak boleh membencinya.
Kepada jemaat di Roma rasul Paulus menulis, "Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!. Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!. Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!"
(Roma 12:14,17, 19-21).

Kepada jemaat di Galatia Rasul Paulus menyatakan bahwa kita tidak boleh jemu-jemu berbuat baik.

(Galatia 6:9 bandingkan 2 Tesalonika 3:12).
6:9 Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.
3:12 Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu.

Pernyataan ini diteguhkan oleh rasul Yakobus bahwa kasih itu tidak boleh diamalkan dengan memandang muka.

2:1 Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.
2:9 Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.
(Yakobus 2:1,9).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar