KASIH YANG SEMPURNA
Kasih adalah persoalan hati dan persoalan roh. Kasih yang sempurna adalah kasih yang keluar dari kedalaman hati oleh karena kuasa Roh Kudus.
Kasih
yang sempurna hanya bisa dilakukan oleh orang-orang percaya yang sudah lahir
baru. Untuk menuju pada kelahiran baru seseorang harus mengalami peremukan
daging, agar yang roh bisa keluar.
Kasih
yang sempurna ialah kasih agape, kasih yang telah dicontohkan dan dikerjakan
sendiri oleh Allah. Dia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu kepada
dunia (Yohanes 3:16). Tuhan Yesus
pun demikian, Dia menyerahkan hidupnya sendiri untuk penebusan dosa manusia.
A.
KONSEP TENTANG MENGASIHI
Tidak semua di antara kita yang mampu mengasihi secara
sempurna kepada sesama kita. Kegagalan kita dalam mengasihi sesama disebabkan
adanya pengertian yang salah dalam memahami konsep mengasihi itu sendiri. Kita
beranggapan bahwa kekuatan mengasihi itu berasal dari dalamdiri kita sendiri.
Surat Yohanes menulis bahwa kita berasal dari Allah
dan bahwa Roh Allah ada di dalam kita. Selanjutnya dikatakan bahwa kasih itu
berasal dari Allah. Jikalau kita mengasihi, maka Allah di dalam kita dan kita
di dalam Dia (1 Yohanes 4:7-21 band 2 Korintus 4:7). Dalam hal mengasihi
sesama, dari pihak kita hanya diperlukan kemauan untuk mengasihi, bukan
kemampuan untuk mengasihi. Kemampuan itu diberikan oleh Allah. Roh Allah yang
ada di dalam kita itulah yang memampukan kita untuk mengasihi. Oleh karena itu
kita tidak boleh putus asa dalam mengasihi, terutama mengasihi orang-orang
sulit, sebab Allah-lah yang melaklukannya dengan sempurna di dalam kita.
Dalam penerapannya dengan sesama kasih kita lakukan
sebagimana Tuhan Yesus telah melakukannya. Biarkan orang lain berkembang
sebagaimana dirinya sendiri. Jangan menuntut orang lain mengikuti pikiran kita,
sebab manusia itu unik dan masing-masing adalah dirinya sendiri. Beri
kesempatan kepada orang lain untuk mewujudkan dirinya sendiri. Gembalakan orang
lain. Jangan biarkan orang lain jatuh dalam kebinasaan. Ingatkan kesalahan
mereka tanpa harus menghakimi, sebab kita pun tidak luput dari kesalahan.
Serahkan setiap persoalan yang muncul sebagai akibat dari mengasihi kepada
penghakiman TUHAN. Jadilah dewasa dengan persoalan-persoalan itu. Jangan
menjadi kecewa ketika orang yang kita kasihi berbalik dan melawan kita.
Ingatlah senantiasa firman ini, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di
sorga adalah sempurna." (Matius
5:8).
B.
KRITERIA KASIH YANG SEMPURNA
Kasih sempurna dimaksud adalah kasih yang hidup dan
yang menghidupi kita untuk mengasihi. Kesempurnaan kasih akan teruji jika
diperhadapkan dengan kebencian, permusuhan, ketidakadilan dan dosa. Kasih yang
sempurna adalah kasih yang sanggup mengalahkan segala sesuatu. Kasih yang tidak
berubah, kasih yang tulus, kasih bukan karena kewajiban, kasih yang mengalahkan
ketakutan, mengalahkan dosa, mengalahkan keterasingan, mengalahkan kesesakan
dan bahkan mengalahkan maut.
- Kasih Yang Tidak Berubah
Firman Allah sendiri menyatakan bahwa kasih itu kekal:
“Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan
berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap”. (1
Korintus 13:8).
Kasih Allah kepada dunia tidak pernah berubah
sekalipun dunia rusak oleh dosa: “Bahwasanya
Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap”. (Maleakhi
3:6).
Perubahan kasih Allah kepada dunia bukan karena Allah
berubah sikap, melainkan disebabkan oleh perilaku manusia sendiri yang berubah
setia kepada Allah. Pada kenyataannya kasih manusia kepada Tuhan maupun kepada
sesamanya dapat berubah karena beberapa faktor. Misalnya kecewa, perbedaan
pendapat, takut tersaingi, tersinggung, merasa tidak dihargai, pengaruh
kedudukan dan status sosial. Sesungguhnya Allah memahami kelemahan-kelemahan
kita, tetapi sesungguhnya pula Allah mau agar kita penuh dengan roh yang
membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban: “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh
yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”. (2
Timotius 1:7)
- Kasih Yang Tulus
Kasih yang tulus adalah kasih yang tidak pilih kasih
dan kasih yang tanpa pamrih. Pilih kasih artinya mengasihi dengan pilih-pilih
orang. Alkitab katakan, bahwa kasih yang diamalkan secara demikian disebut
sebagai kasih yang memandang muka.
(Yakobus
2:1-4, 8, 9).
2:1
Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita
yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.
2:2 Sebab,
jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan
pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian
buruk,
2:3 dan kamu
menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya:
"Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang
yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai
ini dekat tumpuan kakiku!",
2:4 bukankah kamu
telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan
pikiran yang jahat?
2:8 Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama
yang tertulis dalam Kitab Suci: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri", kamu berbuat baik.
2:9 Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat
dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.
Mengasihi yang tidak memandang muka adalah sikap
mengasihi yang tidak mempertimbangkan untung atau rugi, sederajat atau tidak,
serumpun atau tidak, dsb. Kasih tanpa pamrih adalah kasih yang tidak
mengharapkan imbalan apa pun dari orang yang dikasihi. Di depan telah
dijelaskan bahwa kasih itu memberi, bukan menerima. Kasih itu mengalir keluar,
bukan ke dalam. Kasih itu melepas, bukan menarik. Dan memberi itu bukanlah
sekedar memberi tetapi memberi dengan pilihan. Pilihan yang terbaik atau bahkan
memberi yang utama.
Secara moral kasih itu tidak mengikat, tidak mengatur,
tidak mengontrol, tidak memerintah dan tidak menguasai. Pamrih itu dapat berupa
imbalan. Bentuk-bentuk imbalan yang mungkin terselib dalam perbuatan kasih yang
salah itu misalnya secara tersembunyi minta dihormati, minta ditaati, minta
dilayani, minta didukung, minta diutamakan dan sebagainya. Jikalau hal yang sedemikian
itu terjadi maka yang ada bukanlah kasih tetapi eksploitasi. Dan ini adalah
kejahatan.
Lukas
6:33-36.
6:33 Sebab
jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah
jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.
6:34 Dan
jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan
menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun
meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama
banyak.
6:35 Tetapi
kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan
tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi
anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak
tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
6:36
Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."
- Kasih Yang Nyata
Semua yang kita bicarakan dan yang kita ajarkan di
atas tidak akan ada gunanya, jika ternyata kasih itu tidak diterapkan atau
dipraktekkan di dalam kehidupan sehari-hari. Hanya seperti gong yang
berkumandang dan canang yang gemerincing (1
Korintus 13:1) Firman Tuhan katakan, bahwa kasih harus kita kerjakan dengan
melibatkan tiga pihak, yaitu mengasihi Allah sebagai yang utama, kemudian
mengasihi sesama dalam porsi yang sama besar dengan mengasihi diri sendiri.
Untuk mengasihi TUHAN Yohanes mengajarkan: (1 Yohanes 5:3,4).
5:3 Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita
menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,
5:4 sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan
dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.
Sedangkan untuk mengasihi sesama Tuhan Yesus
mengajarkan:
“Segala
sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian
juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 7:12).
Seorang percaya yang benar; dalam posisi apa saja,
dalam kondisi bagaimanapun dan di manapun juga; dia akan menerapkan prinsip ini
di dalam kehidupan sehari-hari. TUHAN ditaruh di tempat yang utama dengan cara
menaati perintah-perintah-Nya. Dan kemudian dalam aplikasinya senantiasa
mengukur apa yang akan dilakukan terhadap orang lain, seperti yang
diinginkannya sendiri dari orang lain lakukan kepada dirinya. Hal demikian
telah dilakukan dengan baik oleh Gereja kita dalam mengemban Amanat Agung
dengan memperhatikan keselamatan dan kebutuhan sesama.
- Kasih Yang Hangat
Kasih yang hangat adalah kasih yang bergairah, penuh
kehangatan dan sarat dengan perbuatan baik. Sebaliknya, kasih yang dingin
adalah kasih yang tidak mampu memberi pengaruh apa-apa kepada orang-orang di
sekelilingnya. Kasih yang dingin bersifat apatis, tumpul, masa bodoh dan tidak
peduli kepada lingkungan. Tuhan Yesus menyebutkan bahwa kasih yang dingin menjadi
salah satu tanda dari zaman akhir: “Dan
karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi
dingin” (Matius 24:12). Ketika
kasih sudah menjadi dingin maka yang ada adalah permusuhan, kedurhakaan dan
berbagai macam kejahatan.
Pada sisi lain, kasih yang dingin merupakan suatu
bukti tentang lunturnya kasih mula-mula. Betapapun hebatnya seseorang beribadah
dan melayani tetapi jika kehilangan kasih yang mula-mula, maka semuanya sia-sia.
Wahyu 2:1-5.
2:1
"Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia,
yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara
ketujuh kaki dian emas itu.
2:2 Aku tahu
segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa
engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah
mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak
demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
2:3 Dan
engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal
lelah.
2:4 Namun
demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang
semula.
2:5 Sebab itu
ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi
apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu
dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak
bertobat.
Tuhan Yesus menegur jemaat Efesus karena mereka telah
kehilangan kasih yang mula-mula. Orang yang kehilangan kasih mula-mula disebut
sebagai orang yang telah jatuh ke dalam dosa yang sangat dalam (Wahyu 2:4,5).
Wujud kasih mula-mula itu adalah kesukaan untuk bersekutu dengan TUHAN dan
dengan sesama.
“Janganlah kita menjauhkan diri dari
pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi
marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari
Tuhan yang mendekat”. (Ibrani 10:25)
- Kasih Karena Mengasihi
Esensi dari kasih agape adalah mengasihi untuk
mengasihi atau mengasihi karena mengasihi. Kasih agape adalah kasih yang keluar
dari kedalaman hati TUHAN atau seseorang untuk memuntahkan kerinduan berbuat
baik dan mulia kepada orang yang dikasihi. Kasih agape tidak mengenal waktu dan
keadaan. Kasih agape tidak lekang oleh panasnya kesukaran dan tidak lapuk oleh
lebatnya hujan persoalan. Kasih tidak seharusnya dilakukan karena kewajiban,
tetapi semata-mata karena mengasihi. Kasih karena kewajiban ialah kasih yang
dilakukan berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan
oleh seseorang.
Di samping itu kasih karena kewajiban juga dapat
disebabkan oleh lamanya waktu atau kewajiban hidup manusiawi. Wajar adanya
jikalau seorang suami mengasihi isterinya, wajar jikalau orang tua mengasihi
anak-anaknya dsb. Kasih demikian merupakan kemunduran dari kasih mula-mula.
Kasih mula-mula adalah kasih yang pertama kali muncul dari kedalaman hati
seseorang.
Kasih mula-mula adalah kasih yang berfokus hanya
kepada orang yang dikasihi. Tidak menoleh ke kanan atau ke kiri dan tidak
mendua hati. Kasih yang penuh kehangatan kerinduan dan keterikatan batin (Yeremia 2:2,3; bandingkan Wahyu 2:2-4).
2:2 "Pergilah memberitahukan kepada penduduk
Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada
kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin,
bagaimana engkau mengikuti Aku di padang
gurun, di negeri yang tiada tetaburannya.
2:3 Ketika itu Israel kudus bagi TUHAN, sebagai
buah bungaran dari hasil tanah-Nya. Semua orang yang memakannya menjadi
bersalah, malapetaka menimpa mereka, demikianlah firman TUHAN.
Orang yang menganggap bahwa kasih itu sebagai
kewajiban, maka orang ini sudah kehilangan kasih mula-mula dan orang yang
kehilangan kasih mula-mula itu berbuat dosa yang besar. Oleh sebab itu
barangsiapa telah kehilangan kasih mula-mula harus segera bertobat (Wahyu
2:4,5). Di bawah kasih karena kewajiban ada kasih karena pamrih. Kasih karena
pamrih adalah orang yang mengasihi, tetapi dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan dari subyek yang dikasihinya. Kasih karena pamrih adalah kasih yang
rendah, bahkan tidak layak disebut kasih, tetapi eksploitasi.
- Kasih Yang Mengalahkan Ketakutan
Apakah sebabnya orang menjadi takut? Adakah hubungan
antara dosa dengan ketakutan? Kita dapat katakan bahwa ketika seseorang menjadi
takut di dalam dirinya pastilah tersimpan rasa bersalah atau dosa.
Untuk membuktikan kebenarannya mari kita mundur
sejenak untuk melihat kehidupan manusia di taman Eden. Sebelum dosa masuk ke dalam diri
manusia, hubungan antara manusia dengan TUHAN sangat intim. TUHAN dapat
berbicara langsung kepada manusia tanpa ada penghalang. Tetapi setelah dosa itu
berkuasa atas manusia, maka keintiman itu menjadi terputus.
Apakah buktinya? Bahwasanya ketika Allah ingin
mendapatkan pertanggung jawaban dari manusia tentang apa yang telah mereka
lakukan, Allah tidak mendapat jawaban yang diinginkan. Sebab manusia takut dan
bersembunyi (Kejadian 3:10). Perjanjian Baru telah mengubah, bahkan membalik
ketakutan itu menjadi keberanian untuk menghampiri tahta kasih karunia.
4:14 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung,
yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh
berpegang pada pengakuan iman kita.
4:15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam
besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya
sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
4:16 Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian
menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan
kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. (Ibrani 4:14-16).
- Kasih Yang Mengalahkan Dosa
Kasih itu mengalahkan dosa (1 Petrus 4:8).
4:8 Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh
seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.
Bukan saja dosa tetapi juga kejahatan (Roma 12:17-21)
12:17 Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan;
lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
12:18 Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung
padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
12:19 Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu
sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab
ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut
pembalasan, firman Tuhan.
12:20 Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan;
jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara
api di atas kepalanya.
12:21 Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi
kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!
dan pelanggaran (Amsal
27:17).
27:17 Besi menajamkan besi, orang menajamkan
sesamanya.
Pergesekan dengan sesama adalah suatu hal yang lumrah.
Tidak perlu disimpan, dipersoalkan terlalu dalam dan dibesar-besarkan.
17:9 Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih,
tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib.
27:5 Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada
kasih yang tersembunyi.
18:15 "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah
dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah
mendapatnya kembali.
(Amsal 17:9;
27:5; Matius 18:15).
Justru dengan pergesekan-pergesekan itu kita akan
terdidik, semakin berhikmat dan bijaksana dalam menyikapi segala persoalan
dengan sesama kita.
- Kasih Yang Mengalahkan Keterasingan
Musa mengingatkan umat Israel
agar tidak lupa mengasihi orang asing, sebab dahulu umat Israel juga menjadi orang asing di
tanah Mesir (Ulangan 10: 19). Dalam teks Pengakuan Iman Rasuli tertulis: "Aku percaya kepada Gereja yang Kudus
dan Am." Geraja Am, artinya: gereja itu melintasi batas-batas ras, suku
bangsa, negara dan zaman. Jikalau anak-anak TUHAN di seluruh dunia
berkumpul, maka tidak akan ditemui di sana
apa yang disebut dengan orang asing. Mengapa? Karena seluruh orang percaya
sedunia adalah keluarga besar Allah. Satu Bapa, satu TUHAN, satu baptisan, satu
Roh dan satu Kasih.
2:19
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga
dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,
2:20 yang
dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai
batu penjuru.
2:21 Di dalam
Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di
dalam Tuhan.
2:22 Di dalam
Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh. (Efesus
2:19-22).
“Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari
situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat”, (Filipi 3:20).
- Kasih Yang Mengalahkan Kesesakan
Kesesakan demi kesesakan itu dapat menjadi alat yang
empuk bagi Iblis untuk mematahkan kuasa iman orang percaya. Perhatikanlah Ayub.
Betapa dia dihabisi oleh kesukaran-kesukaran itu. Segala kekayaannya lenyap,
seluruh anaknya meninggal, isterinya memusuhi dan tubuhnya disiksa dengan
banyak penyakit. Tetapi Ayub tetap mengasihi Allah, sehingga pada akhirnya
keadaannya dipulihkan TUHAN. Gereja mula-mula adalah gereja yang penuh dengan
kesesakan dan kesukaran. Tahun 64 kaisar Nero membuka permusuhan dengan Gereja
TUHAN. Orang-orang Kristen dianiaya dalam Arena. Arena adalah pertunjukan adu
manusia dengan binatang buas. Arena merupakan tontonan yang mengasyikkan bagi
penduduk kota
Roma pada zaman itu.
Demikian juga dengan gladiator. Gladiator adalah
pertunjukan adu manusia. Gladiator merupakan tontonan yang tidak kalah
menariknya dengan Arena. Di sanalah orang-orang Kristen diadu dengan sesama
orang Kristen lainnya atau dengan penjahat-penjahat. Siapa yang kuat dialah
yang menang dan yang tetap hidup, tetapi yang kalah dia harus menemui ajalnya.
Banyak tokoh Gereja mula-mula yang menjadi martir karenanya. Di antaranya
adalah Yustinus Martir dan Polikarpus.
Kesukaran tidak berhenti sampai di situ, pada zaman
kaisar-kaisar sesudahnya seperti Deocletianus banyak orang Kristen yang
dijadikan obor, dipancung dan dikerjarodikan. Namun demikian Gereja tidak
pernah surut mengasihi Tuhan. Dan orang-orang percaya bersekutu dalam
penderitaan mereka, berseru kepada TUHAN memohon pertolongan-Nya. Sampai pada
akhirnya Gereja mencapai kemenangannya. Pada tahun 312 kaisar Konstantinus
bertobat. Pertobatannya itu membawa kejayaan bagi Gereja. Gereja diangkat
menjadi agama negara yang satu-satunya dan dilindungi oleh undang-undang.
Sehingga tidak salah jika rasul Paulus memberi
pernyataan ini: "Siapakah yang akan
memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau
penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau
pedang?" (Roma 8:35).
- Kasih Yang Mengalahkan Maut
Dalam penderitaan-Nya di taman Getsemani, Tuhan Yesus
berdoa: "Ya Bapa-Ku, jikalau
sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah
seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39).
Ucapan doa ini mengandung dua pilihan. Satu sisi Tuhan
Yesus ingin lepas dari cawan penderitaan, tetapi di sisi lain Dia harus taat
kepada rencana Bapa atas keselamatan manusia.
Akar dari kesusahan ini adalah karena Bapa mengasihi
dunia, sedemikian besar Bapa mengasihi dunia demikian juga Tuhan Yesus pun
mengasihi dunia.
Rasul Paulus memberi pernyataan: "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi
buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu." (Filipi 1:21,22).
Ini pun suatu pilihan. Bagi Paulus mati itu lebih baik
karena baginya akan berhenti dari segala kesukaran dan hidup damai bersama
dengan Kristus. Tetapi karena kasihnya kepada jemaat, maka dia harus tetap
hidup. Dan kalau dia hidup itu berarti rasul Paulus harus memberi buah, yaitu
melayani jemaat supaya mereka semua tetap ada di dalam rencana keselamatan
Kristus.
Kidung Agung menulis: "Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada
lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang
mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN" (Kidung Agung 8:6).
Ayat ini menyatakan bahwa kegigihan kasih atau cinta
itu setara dengan maut. Jikalau seseorang yang sedang bercinta dibakar oleh api
cemburu, maka maut pun diterjang demi cintanya.
C.
SENI MENGASIHI ORANG-ORANG SULIT
Tidak semua orang yang kita kasihi mengerti artinya
dikasihi, apalagi membalas perbuatan kasih itu dengan mengasihi pula. Untuk
yang demikian Tuhan Yesus mengajar, "Apabila
kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut
cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada
saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain?
Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu
haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah
sempurna." (Matius 5:46-48).
Di samping nilai hukum, kasih juga bernilai seni.
Menyatakan kesalahan tanpa menghakimi adalah sebuah seni. Kita hanya diijinkan
untuk mengasihi, bukan membenci sekalipun dibenci. Untuk yang demikian maka
diperlukan kiat-kiat tertentu agar kasih tetap hidup di dalam kita.
- Belajar dari pengajaran Tuhan Yesus
Mengasihi saudara-saudara kita dengan mengingatkan
dosanya,
(Matius
18:15-17)
18:15 "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah
dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah
mendapatnya kembali.
18:16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah
seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi,
perkara itu tidak disangsikan.
18:17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah
soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat,
pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut
cukai.
Tidak menuntut balas (Matius 5:38-42),
5:38 Kamu
telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
5:39 Tetapi
Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu,
melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi
kirimu.
5:40 Dan
kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu,
serahkanlah juga jubahmu.
5:41 Dan
siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia
sejauh dua mil.
5:42 Berilah
kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau
meminjam dari padamu.
Mengasihi dan mengampuni musuh adalah seni. Di mana
kita harus menaruh kasih di antara kebencian dan mematikan perasaan benci dari
dalam hati kita.
5:43 Kamu
telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
5:44 Tetapi
Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang
menganiaya kamu. (Matius 5:43,44).
Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab
mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk
membagi pakaian-Nya. (Lukas 23:34)
- Belajar dari teladan kehidupan Tuhan Yesus
Perhatikan juga cara Tuhan Yesus menyatakan kesalahan
orang tanpa menghakimi. Ketika ditampar penjaga di depan Hanas karena
pernyataan - Nya yang dianggap salah, Dia bersabda: "Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau
kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?" (Yohanes 18:23).
Perkataan itu diungkapkan bukan untuk menghakimi,
melainkan untuk menyatakan kesalahan. Sekalipun ucapan itu tidak diterima,
namun Tuhan Yesus tidak membenci dan tidak membalasnya. Kitab Amsal menulis: "Lebih baik teguran yang nyata-nyata
dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik,
tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah." (Amsal
27:5,6).
- Belajar dari pengajaran Rasul Paulus
Rasul Paulus secara tegas menyatakan bahwa jika
seseorang sudah tidak bisa diperbaiki, dalam nama Tuhan Yesus orang itu harus
diserahkan kepada Iblis supaya dibinasakan tubuhnya asalkan rohnya dapat
diselamatkan pada hari Tuhan (1 Korintus 5:5). Hal itu berarti, bahwa kita
harus tegas terhadap kesalahan seseorang, tetapi tidak boleh membencinya.
Kepada jemaat di Roma rasul Paulus menulis, "Berkatilah siapa yang menganiaya kamu,
berkatilah dan jangan mengutuk!. Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan;
lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!. Saudara-saudaraku yang kekasih,
janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka
Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut
pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika
ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api
di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah
kejahatan dengan kebaikan!"
(Roma
12:14,17, 19-21).
Kepada jemaat di Galatia Rasul Paulus menyatakan bahwa
kita tidak boleh jemu-jemu berbuat baik.
(Galatia 6:9 bandingkan 2 Tesalonika 3:12).
6:9 Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena
apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.
3:12 Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu
bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan
terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu.
Pernyataan ini diteguhkan oleh rasul Yakobus bahwa
kasih itu tidak boleh diamalkan dengan memandang muka.
2:1 Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman
kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan
dengan memandang muka.
2:9 Tetapi,
jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi
nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.
(Yakobus
2:1,9).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar