Kamis, 11 Oktober 2012

MENGENAL REMAJA

Masa remaja mengalami rentang waktu sekitar 10 tahun, yang terbagi dalam tiga fase berikut ini:
  1. Remaja awal (10-13 tahun).
  2. Remaja tengah (14-17 tahun).
  3. Remaja akhir (18-21 tahun).
Dalam sebuah survei terhadap 27.000 orang yang berusia 12 -- 19 tahun dari seluruh dunia, ditemukan bahwa generasi remaja masa kini dicirikan oleh beberapa hal:
  1. Sangat berpusat pada diri sendiri dan ingin memuaskan keinginannya tanpa pikir panjang. Mereka terbiasa dengan musik keras, tato, dll.. Mereka kurang dalam hal kepemimpinan, inisiatif, motivasi, dan komitmen. Bunuh diri yang banyak terjadi pada generasi ini menjadi alasan yang diambil saat mereka mengalami situasi sulit.
  2. Mereka percaya bahwa kesuksesan tergantung pada diri mereka sendiri. Mencari kerja yang baik menjadi prioritas mereka.
  3. Dalam kehidupan yang sangat sulit, mereka merindukan keluarga sebagai tempat menghadapi kesulitan hidup.
  4. Mereka membutuhkan identifikasi pada kebutuhan pasar, seperti memakai sepatu atlet terkenal, minum Coca-Cola, dll..
  5. Remaja sekarang terbiasa berbelanja. Mereka membeli barang yang mereka inginkan, bukan yang dibutuhkan. Ironisnya, contoh ini mereka dapatkan dari orang tua dan pengaruh iklan yang luar biasa.
  6. Mereka sangat senang melakukan perjalanan dan petualangan, termasuk menjelajah lewat internet.
  7. Mereka senang mengoleksi CD, menonton televisi, "chatting", dll.. Akhirnya, kecanduan media.
  8. Di sisi lain, mereka adalah generasi yang sangat rindu untuk bisa hidup senang dan bahagia.

Menjembatani Gap :
Salah satu penyebab utama konflik orang tua dan remaja adalah adanya perbedaan antargenerasi. Perbedaan ini melibatkan kepercayaan, emosi, dan pilihan-pilihan dalam hidup. Hal-hal ini telah menghasilkan salah pengertian, ketegangan, dan konflik antaranggota keluarga. Konflik dapat muncul dari segala macam isu. Mulai masalah memutuskan hal keuangan, memilih baju, model rambut, rekreasi, hal-hal religius, musik, makanan, atau masalah moral.

Untuk mengatasi gap ini, ada tiga hal yang perlu kita lakukan.
  1. Memahami remaja. Kita belajar memberikan toleransi kepada remaja yang berbeda dengan kita, termasuk menerima dan memahami perbedaan pandangan.
  2. Menerima remaja apa adanya.
  3. Memaafkan remaja dengan cara selalu memberinya kesempatan kedua. Tidak jarang remaja menyakiti kita, namun berikanlah dia maaf dan kesempatan belajar dari kesalahannya.
A. Persamaan Remaja Dulu dan Sekarang :

1. Perubahan Fisik dan Mental

Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, yang dicirikan dengan penambahan berat, perubahan konfigurasi anggota-anggota tubuh (mulai serasi dan pas), mematangnya organ-organ reproduksi, dan tumbuhnya tanda-tanda seksual sekunder seperti kumis dan jenggot pada pria, dan buah dada pada wanita.

Perubahan-perubahan hormonal ini diiringi dengan bertambahnya kepekaan perasaan remaja (lebih moody), meningginya rasa tertarik pada lawan jenis, dan meningkatnya level agresi (ingin atau senang berkelahi).

Remaja putri yang matang lebih awal akan mengalami stres yang bertambah. Kalau dia terlihat gemuk, akan mengundang komentar dari teman-temannya dan mengganggu dirinya. Akibatnya, dia cenderung bergaul dengan kawan yang berusia di atasnya. Hal ini memperbesar kemungkinan ia akan merokok, minum alkohol, menggunakan obat terlarang, dan terlibat hubungan seks.

Ia juga sering menghadapi konflik dengan orang tua. Hal ini membuatnya enggan bertanya pada orang tua. Pada masa ini, teman prianya mulai tertarik padanya. Padahal, ia belum siap menghadapi tekanan-tekanan ini. Ada bukti, pada masa ini mereka cenderung mengalami gangguan psikologis yang lebih banyak dibandingkan dengan remaja putri yang matang sesuai usianya, misalnya gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan makan (semuanya tergolong gangguan internal).

2. Kebutuhan untuk Diterima

Teman sebaya merupakan sumber harga diri terbesar bagi seorang remaja. Itulah sebabnya, mereka mudah terjebak pada teman. Misalnya, seorang anak yang alim di rumah atau rajin sekolah minggu terjebak minum dengan temannya, bahkan ke pelacuran. Karena itu, nilai iman yang ditanamkan sejak dini dapat mencegah dia terjerumus lebih dalam.

3. Berpikir Logis

Umumnya, remaja lebih mampu mengemukakan alasan untuk berargumentasi dengan orang tua karena mereka sudah bisa berpikir secara abstrak. Pertumbuhan intelektual yang cepat dan banyaknya informasi yang mereka terima, membuat anak remaja merasa diri lebih benar daripada orang tuanya.

4. Senang dengan Teman Sebaya

Remaja juga semakin dekat dengan teman sebayanya dan lebih mementingkan mereka. Mereka membangun persetujuan bersama yang sangat mereka pegang (pakaian, rambut, musik, dll.). Akibatnya, mereka lebih senang dengan orang yang menyetujui ide mereka.

5. Menguji Nilai, Nasihat, dan Iman Orang Tua

Mereka sangat bergumul dengan nilai-nilai orang tua mereka yang dianggap ortodoks. Orang tua yang bijak akan berusaha menjelaskan iman pribadinya tanpa sikap otoriter, kemudian mendorong anaknya untuk mencari dan memiliki keyakinan pribadi. Orang tua juga perlu memberikan kesempatan lewat dialog yang terus-menerus, agar iman dan sikap terhadap nilai-nilai yang benar terbentuk dalam diri anak. Tujuan orang tua bukanlah memberikan jawaban yang mudah, melainkan menguatkan anak untuk mencari jalan hidup mereka tanpa didikte. Orang tua perlu mendorong setiap anak menjadi seperti Samuel, yang sejak kecil selalu terbiasa berkata kepada Allah, "berbicaralah Tuhan, hamba-Mu siap mendengar." Orang-orang besar di dunia ini adalah orang-orang yang peka dan terbuka terhadap suara dan panggilan ilahi.

B. Perbedaan Remaja Dulu dan Sekarang :

1. Teknologi

Dulu, anak remaja hanya hidup dengan radio dan televisi (TV). Sekarang, mereka diperhadapkan dengan TV kabel, satelit, atau internet yang menciptakan dunia global yang tidak dialami remaja masa lampau. Mereka memiliki akses TV ke seluruh kebudayaan. Segala jenis kebutuhan mereka, menyangkut hiburan, musik, mode, dll., terpenuhi. CD, VCD, MP3 adalah sahabat mereka sehari-hari. Sayangnya, jika tidak ada yang menyaring nilai yang mereka serap dari media TV, internet dsb., bagaimana mereka dapat memahami mana yang etis dan yang tidak; berkenan pada Tuhan atau tidak? Teknologi yang ada membuat remaja bersentuhan dengan dunia dan dunia menyentuh kehidupan remaja. Rangsangan budaya dibukakan lebih jauh pada remaja masa kini daripada pada zaman orang tua mereka.

2. Mengenali Kekerasan

Perbedaan kedua adalah pengenalan akan kekerasan manusia. Banyak kekerasan diberitakan di media bioskop, film, TV, lagu, novel, cergam, dll.. Anak remaja menyukai film laga yang penuh dengan kekerasan. Mereka tidak menyadari dampak langsung dan tidak langsung dari media karena dampak tersebut sudah terlalu biasa bagi mereka. Tidak jarang, mereka justru melihat langsung perkelahian antarsekolah/remaja. Jadi, tidaklah mengherankan jika semakin banyak anak remaja yang terlibat dalam tindak kekerasan dan pembunuhan.

3. Keluarga yang Retak

Sebanyak 4 dari 10 remaja Amerika (39 persen) hidup atau tinggal hanya dengan 1 orang tua saja. Dan, 8 dari 10 kasus ini, yang absen adalah ayah. Kaum sosiologis berkata, "Belum pernah keluarga begitu berubah. Semakin banyak wanita karier, orang tua tunggal, kawin cerai, pasangan tanpa anak, 'kumpul kebo', dan 'pasangan homo' yang mengangkat anak."

Keluarga masa kini sudah jarang hidup dalam keluarga batih ("extended family"), tetapi hanya pada keluarga inti. Di samping itu, keluarga makin jauh dengan tetangganya. Dulu, remaja kita bisa mengandalkan tetangga, gereja, atau keluarga batihnya. Namun sekarang, itu tidak bisa dilakukan lagi.

4. Pengertian dan Informasi Tentang Seks

Remaja masa kini tumbuh dalam sebuah dunia tanpa aturan seks. Bioskop, media cetak, TV, dan musik cenderung mengidentikkan seks dengan cinta. Media melukiskan seks sebagai bagian terpenting dari pacaran yang baik. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika semakin banyak remaja yang sangat aktif dalam melakukan hubungan seks. Remaja yang tidak aktif dalam melakukan aktivitas seksual malah menjadi bingung dan bertanya-tanya, "Apakah aku normal, ada apa dengan diriku?", "Apakah aku ada kekurangan yang penting?" Di pihak lain, dalam diri mereka yang aktif melakukan seks di luar pernikahan timbul perasaan bersalah.

5. Nilai-Nilai Moral dan Agama

Pada masa ini, kehidupan moral dan agama sudah bukan lagi hal penting. Remaja semakin sulit mendefinisikan moral dan agama. Dulu, remaja mudah membedakan mana bermoral dan yang tidak. Sekarang, batasannya sangat tipis. Bermoral atau tidak bukan lagi didasarkan pada Alkitab, melainkan pada pendapat orang lain. Remaja tumbuh pada nilai-nilai moral dan nilai kesucian. Mereka menganggap baik kalau kebanyakan temannya juga mengatakan bahwa itu baik. Jadi, nilai moral dan nilai baik sangat relatif.

C. Orang Tua Harapan Remaja

Dalam situasi remaja yang krisis ini, mereka sangat membutuhkan pendampingan orang tua. Salah satu survei menunjukkan banyak remaja melaporkan bahwa orang tua mereka punya pengaruh besar dalam hidup mereka dibandingkan teman, khususnya dalam hal mencari sekolah, mengikuti ibadah, mengerjakan pekerjaan rumah, soal makan dan kesehatan, serta dalam merencanakan karier. Sedangkan teman-teman mereka lebih berpengaruh dalam bidang yang bersifat segera/sekarang, seperti model baju, model rambut, soal membolos, dan memilih pacar.

Yang terpenting adalah jangan lupa bahwa kita pernah remaja. Kita harus menyadari bahwa menjadi remaja merupakan bagian pertumbuhan kita yang paling sulit. Sebagai orang tua, kita perlu menolong remaja untuk memiliki tujuan. Apa pun yang mereka lakukan, pikirkan tujuannya. Jika sejak praremaja anak dibiasakan berpikir berdasarkan tujuan, orientasi kegiatan mereka selalu pada tujuan. Dalam hidup, kita akan dihadapkan pada sangat banyak pilihan dan pengambilan keputusan. Kalau kita membiasakan diri memiliki tujuan, kita terlatih berpikir kritis dan tidak impulsif.

Selain memikirkan tujuan dari segala sesuatu, remaja juga perlu mengerti masalah spiritual. Tugas orang tualah mengenalkan Tuhan kepada remajanya dan menolong mereka menerima pengampunan Kristus. Iman yang bertumbuh akan membuat remaja kita memikirkan, "Apa kata Tuhan kalau aku melakukan ini." Inilah yang menjadi arah dalam pembangunan karakter dan pagar dalam pergaulan mereka nantinya.

Berkomunikasi dengan remaja tentu berbeda dengan ketika mereka masih lebih kecil. Jika sebelumnya orang tua harus menunjukkan otoritas mereka, sekarang saatnya orang tua bertindak sebagai teman. Pengambilan keputusan tidak lagi dengan kata "pokoknya", tetapi dengan diskusi dan negosiasi. Kita wajib menghargai perasaan dan keputusan mereka.

Sebagai orang tua atau pembina remaja, ada beberapa sifat yang kita perlu bangun dalam diri kita.
  1. Toleransi terhadap paradoks dalam diri remaja. Anak remaja suka berjanji, namun tidak dapat menepatinya. Kita perlu belajar menerima mereka apa adanya.
  2. Memunyai rasa humor yang dapat menjadi sarana komunikasi yang sangat efektif dengan remaja. Anak remaja suka mengobrol dan bercanda.
  3. Bersikap fleksibel. Kita bisa menyesuaikan diri dengan remaja. Perubahan pada mereka sering begitu cepat. Kalau nasihat kita tidak diterima, jangan cepat kecewa.
Berikut ini adalah hal-hal yang disukai remaja jika itu terdapat dalam diri orang dewasa.
  1. Tidak bertengkar di depan remaja.
  2. Berlaku adil terhadap semua anak.
  3. Bersikap jujur.
  4. Toleran terhadap orang lain.
  5. Menyambut teman-teman mereka dengan hangat.
  6. Membangun tim kerja yang baik dengan anak-anak.
  7. Menjawab pertanyaan mereka.
  8. Memberikan hukuman saat dibutuhkan, tetapi tidak di depan orang lain.
  9. Berkonsentrasi pada hal-hal yang baik daripada pada kelemahan.
  10. Memiliki sikap konsisten.