MENGASIHI ALLAH
Mengasihi Allah adalah memiliki hubungan istimewa
dengan Allah. Hubungan itu disertai dengan manifestasi-manifestasi perbuatan
sebagai bukti dari adanya kasih itu. Kasih kepada Allah ini menghasilkan rasa
bahagia, sukacita, rasa aman dan rasa percaya yang penuh.
Mengasihi
Allah bukanlah jasa atau usaha kita, melainkan merupakan balasan terhadap kasih
Allah yang terlebih dahulu mengasihi kita.
Sebagaimana
firman-Nya mengatakan: “Inilah kasih itu:
Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita
dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” (1 Yohanes 4:10)
Ajaran
tentang kasih terbagi dalam dua bagian besar, yaitu kasih kepada Allah dan
kasih kepada sesama manusia. Ajaran tentang kasih ini didasari oleh dua hukum
besar, yaitu hukum Torat dan hukum kasih. Sebelum kasih itu datang Hukum Taurat
telah berfungsi untuk mencelikkan manusia akan dosa (Roma 3:20) dan menuntun
manusia kepada iman (Galatia
3:22-24).
Kedua
hukum ini menjadi landasan pijak seluruh uraian dalam bagian ini ditambah
dengan ayat-ayat pendukung lainnya.
A.
MENGASIHI ALLAH BERDASARKAN TUNTUTAN HUKUM TAURAT
Hukum Taurat atau Hukum Sepuluh atau juga disebut
Sepuluh Perintah Allah adalah hukum-hukum yang diberikan oleh Allah kepada
bangsa Israel.
Hukum-hukum itu ditulis oleh Allah sendiri di atas gunung Sinai dan diberikan
kepada bangsa Israel
melalui Musa. Hukum-hukum pertama sampai dengan keempat mengatur hubungan
antara manusia dengan TUHAN dan hukum yang kelima sampai dengan kesepuluh
mengatur hubungan antar sesama manusia.
- MENGASIHI ALLAH DENGAN MEMENUHI TUNTUTAN HUKUM PERTAMA
“Jangan ada
padamu allah lain di hadapan-Ku.” (Keluaran 20:3).
Larangan menyembah kepada Allah lain memberi indikasi
bahwa pada waktu itu bangsa-bangsa di sekitar bangsa Israel pada beribadah kepada
allah-allah palsu. Di samping itu larangan menyembah kepada allah lain ini
membedakan bahwa hanya TUHAN yang benar-benar Allah. Allah lain dimaksud adalah
segala sesuatu yang menarik perhatian, menarik hati, lekatan hati dan alamat
seseorang untuk beribadah dan meminta sesuatu.
Segala sesuatu yang tergolong penyembahan kepada allah
lain yang harus dihindarkan adalah:
·
Penyembahan
berhala (Yeh 20:18).
·
Pemujaan kepada
nenek moyang (Gal 1:14).
·
Meminta
pertolongan kepada arwah (Im 19:31).
·
Menghormati arwah
orang-orang suci (Im 19:31).
·
Melakukan sihir
(2 Taw 33:1-20).
·
Melakukan tenung
(1 Sam 15:1-35).
·
Mempercayai
takhayul (1 Tim 4:7).
Dalam kaitannya dengan berhala-berhala modern muncul
pula istilah-istilah berikut:
·
Sekularisme
(pemberhalaan hal-hal yang duniawi)
·
Nihilisme
(pemberhalaan sesuatu yang sia-sia-sia).
Misalnya dewa-dewi dll.
·
Nasionalisme/Chauvinisme
(pendewaan bangsa)
·
Scientia
(pemberhalaan ilmu pengetahuan)
·
Vitalisme
(pemberhalaan hidup)
·
Mamonisme
(pemberhalaan mamon)
·
Workaholik
(pemberhalaan pekerjaan)
·
Panseksualisme
(pemberhalaan seks)
·
Alkoholisme/Drugisme
(pemberhalaan alkohol/obat-obatan)
·
dan lain-lain.
Barangsiapa mengasihi Allah, dia harus meninggalkan
penyembahan kepada allah-allah lain dan berpaling kepada TUHAN, yaitu Allah
yang sebenarnya.
10:17 Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan
Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang
bulu ataupun menerima suap;
10:18 yang membela hak anak yatim dan janda dan
menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan
dan pakaian.
(Ulangan 10:17,18).
96:4 Sebab TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia
lebih dahsyat dari pada segala allah.
96:5 Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah hampa,
tetapi TUHANlah yang menjadikan langit.
96:6 Keagungan dan semarak ada di hadapan-Nya,
kekuatan dan kehormatan ada di tempat kudus-Nya. (Mazmur 96:4-6)
- MENGASIHI ALLAH DENGAN MEMENUHI TUNTUTAN HUKUM KEDUA
Hukum kedua berbunyi:
20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa
pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada
di dalam air di bawah bumi.
20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah
kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang
membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga
dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
20:6 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada
beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada
perintah-perintah-Ku.
(Keluaran 20:4-6)
Patung yang dimaksud ialah barang tiruan dari suatu
makhluk hidup di segala alam atau fantasi manusia tentang suatu makhluk. Patung
itu mati dan tidak memiliki kuasa apa-apa, tetapi manusia menganggapnya sebagai
tuhan, dipercaya dan disembah. Ini adalah suatu kebohongan dan penipuan, sebab
patung itu sesunguhnya bukanlah TUHAN.
Oleh sebab itu TUHAN melarangan kita beribadah kepada
patung, sebab:
·
Tidak mungkin
patung itu menggambarkan pribadi Allah yang sebenarnya (Yesaya 40:18,25).
40:18 Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan
apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?
40:25 Dengan siapa hendak kamu samakan Aku,
seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus.
·
Tidak mungkin
patung itu dapat mewakili Allah yang sesungguhnya (Keluaran 3:14).
3:14 Firman
Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah
kaukatakan kepada orang Israel
itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu."
·
Tidak mungkin
Allah berkenan dipaksa tinggal di dalam sebuah patung (Yesaya 42:8).
42:8 Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan
memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.
·
Ikon atau
patung-patung orang suci bukanlah Allah atau wujud Allah (Yohanes 4:24).
4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia,
harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."
PENYEMBAHAN
YANG DIKEHENDAKI ALLAH
Firman Allah berkata: “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal
Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” (Yohanes 1:18)
Perhatikan juga firman ini: “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam
roh dan kebenaran.” (Yohanes 4:24)
Kedua ayat firman TUHAN di atas membuktikan bahwa
pembuatan patung Allah itu salah, apalagi membuat patung dan disembah. Sebab
bagaimana mungkin seseorang dapat mematungkan Allah, sedangkan Allah itu adalah
Roh yang tidak mungkin dilihat oleh manusia?
Sesuai dengan pribadinya bahwa Allah adalah Roh, maka
Allah pun menghendaki agar umat-Nya menyembah-Nya di dalam roh dan kebenaran.
Apakah maksudnya menyembah Allah di dalam roh dan
kebenaran?
Tidak mewujudkan Allah dalam bentuk apapun, sebab
firman-Nya berkata:
40:18 Jadi
dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa
dengan Dia?
40:19 Patungkah? Tukang besi menuangnya, dan pandai
emas melapisinya dengan emas, membuat rantai-rantai perak untuknya.
40:25 Dengan siapa hendak kamu samakan Aku,
seakan-akan Aku seperti dia? firman Yang Mahakudus. (Yesaya
40:18,19,25)
·
Menyembah Allah dari kedalaman hati, bukan secara
lahiriah.
Misalnya memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan
tertentu, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun.
Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu,
bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. (Galatia 4:10)
Hanya menggunakan bahasa tertentu, kostum tertentu,
cara tertentu, arah tertentu dan sebagainya. Perhatikanlah firman-Nya ini: “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat
Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” (1 Samuel 16:7)
·
Menyembah Allah hanya dengan pertolongan Roh Kudus,
Bukan dengan pertolongan roh-roh lain atau kepada
roh-roh lain seperti yang dikatakan ayat ini:
“Tetapi
sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal
Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan
miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?” (Galatia
4:9)
·
Menyembah Allah dalam nama Tuhan Yesus,
Sebab Dia-lah gambar Allah yang sebenarnya.
Sebagaimana firman-Nya mengatakan: "Telah
sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku?
Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata:
Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.” (Yohanes
14:9)
Semua perbuatan ibadah dilakukan atas dasar kebenaran
firman Allah, bukan dengan kebenaran yang lain. Sebab firman-Nya berkata: “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran;
firman-Mu adalah kebenaran.” (Yohanes
17:17)
- MENGASIHI ALLAH DENGAN MEMENUHI TUNTUTAN HUKUM KETIGA
Hukum ketiga berbunyi: “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN
akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.” (Keluaran 20:7)
Menyebut Nama Tuhan Allah sembarangan berarti menyebut
nama-Nya tanpa hormat, tanpa tujuan rohani, tanpa segan dan tidak khidmat.
Padahal Nama Allah itu Kudus.
Firman-Nya berkata: “Mereka itu harus kudus bagi Allahnya dan janganlah mereka melanggar
kekudusan nama Allahnya, karena merekalah yang mempersembahkan segala korban
api-apian TUHAN, santapan Allah mereka, dan karena itu haruslah mereka kudus.”
(Imamat 21:6)
Nama Allah layak disebut, dipanggil dan dimuliakan
pada saat-saat ibadah, pada persekutuan-persekutuan, dalam pujian dan
penyembahan, dalam doa dan permohonan dan dalam pengucapan syukur.
Contoh-contoh menyebut Nama Allah sembarangan yang
harus dihindari:
·
Menggunakan
nama-Nya untuk mengutuk (Kisah 19:13-20).
·
Menggunakan
nama-Nya untuk guna-guna atau tenung (Yehezkiel
12:24).
·
Menggunakan
nama-Nya untuk propaganda (Matius
7:21-23).
·
Menggunakan
nama-Nya untuk bernubuat palsu (Yeremia
14:14).
·
Menggunakan
nama-Nya untuk bersumpah palsu (Matius
5:33).
·
Menyebut nama-Nya
dengan latah (Mazmur 99:3,5,9).
·
Menghujat
nama-Nya (Matius 12:31).
·
Menyangkal
nama-Nya (Matius 10:33).
·
Membungkam
nama-Nya (2 Timotius 1:8).
·
Tidak membayar
nazar (Mazmur 50:14).
- MENGASIHI ALLAH DENGAN MEMENUHI TUNTUTAN HUKUM KEEMPAT
Hukum keempat berbunyi: “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan
bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat
TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu
laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu
perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam
hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia
berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan
menguduskannya.” (Keluaran 20:9-11)
Allah menghendaki agar kita, anak-anak kita,
hamba-hamba kita, hewan pekerja kita dan orang asing yang ada bersama-sama
dengan kita harus beristirahat. Beristirahat dan beribadah kepada Dia yang
menciptakan kita. Orang asing dimaksud bisa berarti orang lain, saudara-saudara
kita atau orang-orang yang tidak seiman dengan kita.
Sabat adalah hari ketujuh bagi Allah setelah
menciptakan alam dan manusia. Sedangkan Sabat bagi manusia adalah hari pertama
menikmati hidup. Perjumpaan antara hari ketujuh bagi Allah dan hari pertama
bagi manusia merupakan kesempatan penting untuk mengikat perjanjian persekutuan
secara turun-temurun dan kekal. Hari Sabat ditetapkan Allah menjadi hari
perhentian dan hari persekutuan ibadah. Di sanalah ada persekutuan antara
manusia dengan Allah, puji-pujian bagi Allah, ada pengucapan syukur, ada
pesan-pesan Allah, ada pengakuan dosa dan pengampunan, ada doa dan permohonan,
ada berkat yang dilepaskan Allah bagi manusia dan ada persekutuan antar sesama
manusia. Persekutuan tiga dimensi antara manusia dengan sesamanya dan antara
manusia dengan Allah kelak akan diabadikan dalam hukum kasih. Untuk itu maka
Allah memerintahkan agar hari Sabat dikhususkan dan dikuduskan bagi-Nya dan
bagi manusia.
Dalam Perjanjian Lama Musa memperingatkan dengan keras
kepada setiap orang yang tidak menghormati Sabat, bahkan dengan ancaman hukuman
mati.
“Enam hari
lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada
perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi TUHAN; setiap
orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, haruslah dihukum mati.” (Keluaran
35:2)
Perjanjian Lama tidak hanya mengenal hari Sabat,
tetapi juga tahun Sabat dan tahun Yobel. Tahun Sabat adalah tahun ketujuh bagi
tanah untuk beristirahat.
25:3 Enam tahun lamanya engkau harus menaburi
ladangmu, dan enam tahun lamanya engkau harus merantingi kebun anggurmu dan
mengumpulkan hasil tanah itu,
25:4 tetapi pada tahun yang ketujuh haruslah ada bagi
tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN. Ladangmu
janganlah kautaburi dan kebun anggurmu janganlah kaurantingi.
25:5 Dan apa yang tumbuh sendiri dari penuaianmu itu,
janganlah kautuai dan buah anggur dari pokok anggurmu yang tidak dirantingi,
janganlah kaupetik. Tahun itu harus menjadi tahun perhentian penuh bagi tanah
itu.
25:6 Hasil tanah selama sabat itu haruslah menjadi
makanan bagimu, yakni bagimu sendiri, bagi budakmu laki-laki, bagi budakmu
perempuan, bagi orang upahan dan bagi orang asing di antaramu, yang semuanya
tinggal padamu.
25:7 Juga bagi ternakmu, dan bagi binatang liar yang
ada di tanahmu, segala hasil tanah itu menjadi makanannya. (Imamat 25:3-7)
25:8 Selanjutnya engkau harus menghitung tujuh tahun
sabat, yakni tujuh kali tujuh tahun; sehingga masa tujuh tahun sabat itu sama
dengan empat puluh sembilan tahun.
25:9 Lalu engkau harus memperdengarkan bunyi
sangkakala di mana-mana dalam bulan yang ketujuh pada tanggal sepuluh bulan
itu; pada hari raya Pendamaian kamu harus memperdengarkan bunyi sangkakala itu
di mana-mana di seluruh negerimu.
25:10 Kamu harus menguduskan tahun yang kelima puluh,
dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harus
menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus masing-masing pulang ke tanah
miliknya dan kepada kaumnya.
25:11 Tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun
Yobel bagimu, jangan kamu menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu
jangan kamu tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kamu petik
buahnya.
25:12 Karena tahun itu adalah tahun Yobel, haruslah
itu kudus bagimu; hasil tahun itu yang hendak kamu makan harus diambil dari
ladang. (Imamat 25:8-12)
HARI SABAT
DAN HARI MINGGU
Dalam Perjanjian Baru terjadi pergeseran pengudusan
dari hari ketujuh (hari Sabat/Sabtu) ke hari pertama atau hari Minggu dengan
pertimbangan bahwa:
Di atas telah dijelaskan bahwa hari ketujuh bagi Allah
adalah hari pertama bagi manusia. Baik hari ketujuh maupun hari pertama Allah
dan manusia sama-sama berkepentingan. Di dalamnya tidak ada yang salah. Allah
berkepentingan untuk bersekutu dengan manusia. Di sana Dia dihormati dan dimuliakan, sedangkan
manusia berkepentingan untuk diterima sebagai anggota keluarga Allah yang
dirindukan kehadirannya dan diberkati sebagai anak-anak kesayangan-Nya.
Orang-orang Farisi keliru menafsirkan tentang Sabat
dan penggunaannya. Tuhan Yesus katakan bahwa Sabat itu untuk manusia, bukan
manusia untuk Sabat. Yang artinya bahwa Sabat itu digunakan oleh dan menurut
keperluan manusia bagi kemuliaan Allah, bukan sebaliknya manusia diikat oleh
hari Sabat bagi kemuliaan manusia sendiri. Oleh karena itu di samping beribadah
dan beristirahat orang percaya dibenarkan melakukan perbuatan-perbuatan baik
lainnya.
12:12 Bukankah
manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada
hari Sabat." (Matius 12:12).
Hari pertama/hari Minggu adalah hari kemenangan
Kristus dari maut. Hari kemenangan layak dirayakan dan dikuduskan. Secara
negatip pengudusan hari Sabat berarti mensyukuri kematian Kristus, padahal yang
dimaui Allah adalah bersyukur atas kemenangan-Nya.
15:55 Hai
maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
15:56 Sengat
maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.
15:57 Tetapi
syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita. (1
Korintus 15:55-57).
Kristus
adalah Tuhan atas hari Sabat. Sebagai Tuhan atas hari Sabat Dia berhak dan
berkuasa penuh menggunakannya bagi kemuliaan Allah (Lukas 6:5).
Dari antara gereja-gereja TUHAN yang ada Gereja Adven
Hari Ketujuh tetap menggunakan hari Sabtu sebagai hari perhentian dan hari
ibadah. Gereja Roma Katolik menetapkan bahwa baik hari Sabtu maupun Minggu
keduanya syah digunakan sebagai hari ibadah. Oleh karena itu peribadatan pada
hari Sabtu sore sama nilainya dengan ibadah minggu. Sedangkan di kalangan
Gereja-gereja Protestan menggunakan hari Minggu sebagai hari perhentian dan
hari ibadah.
Adakah persoalan hari ibadah? Tidak! Sebab TUHAN tidak
dikuasai oleh hari atau waktu, melainkan hari atau waktu itu diciptakan dan ada
di bawah kuasa Allah. Perhatikan firman ini:
2:27 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat
diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,
2:28 jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari
Sabat." (Markus 2:27,28)
B.
MENGASIHI ALLAH BERDASARKAN TUNTUTAN HUKUM KASIH
Yesus memerintahkan: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Markus 12:30)
Perintah ini agung, kudus dan mulia. Ada empat catatan penting dari perintah itu
bahwa mengasihi Allah itu harus dengan segenap hati, dengan segenap jiwa,
dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan kita. Keempatnya harus
berjalan sejajar, bukan dengan menonjolkan yang satu dan mengabaikan yang lain.
Perkataan segenap berarti seutuhnya dan dengan
sebulat-bulatnya. Pengertian kedua dari kata segenap adalah menempatkan Allah
pada skala prioritas pertama dan utama. Jadi mengasihi Allah dengan segenap
hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan berarti:
·
Menempatkan Allah
di dalam kehidupan kita sebagai subyek kasih yang satu- satunya. Tidak ada yang
kita kasihi lebih daripada Allah dan tidak ada unsur apapun juga yang dapat
memisahkan kita dari Allah.
·
Menempatkan Allah
sebagai yang nomor satu dalam segala perkara. Tidak ada unsur apapun yang
setara dengan Allah dan tidak ada unsur apapun yang dapat menggeser posisi
Allah di hadapan kita.
- MENGASIHI ALLAH DENGAN SEGENAP HATI
Hati dimaksud bukanlah hati dalam artian harafiah.
Secara harafiah hati adalah sebuah benda organ dalam tubuh kita yang berfungsi
untuk menyaring darah dan menawarkan racun dalam tubuh.
Untuk dapat mengasihi Allah dengan segenap hati, maka
kita harus mengerti terlebih dahulu, apakah hati manusia itu dan fungsi
rohaninya.
Secara Alkitabiah yang dimaksud dengan hati adalah:
·
Kepribadian,
kehidupan batin, atau watak secara umum (Kejadian
20:5; Keluaran 9:14; 1 Samuel 16:7)
·
Keadaan emosional.
Misalnya sukacita atau kesusahan (Hakim 18:20;1 Samuel 1:8)
·
Kemauan atau
maksud (1 Samuel 2:35)
·
Kegiatan-kegiatan
intelek.
Misalnya perhatian (Keluaran 7:23); pengertian (1
Raja 3:9)
FUNGSI HATI
MANUSIA
·
Hati adalah tempat firman Allah.
31:33 Tetapi beginilah
perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,
demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan
menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka
akan menjadi umat-Ku. (Yeremia 31:33)
2:14 Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki
hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum
Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum
Taurat bagi diri mereka sendiri.
2:15 Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi
hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut
bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. (Roma 2:14,15)
10:16 sebab setelah Ia berfirman: "Inilah
perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia
berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan
menuliskannya dalam akal budi mereka, (Ibrani
10:16)
·
Hati adalah tempat Roh Kudus .
“Tidak
tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam
kamu?” (1 Korintus 3:16)
“Dan karena
kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita,
yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!'” (Galatia 4:6)
·
Hati adalah tempat Tuhan Yesus memerintah
“Aku berdoa
supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh
Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan
kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.” (Efesus 3:17)
3:15 Tetapi
kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada
segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang
meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu,
tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,
3:16 dan
dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena
hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. (1 Petrus 3:15,16)
·
Hati itu tempatnya iman
10:9 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa
Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan
Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.
10:10 Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan,
dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. (Roma 10:9,10)
·
Hati itu tempat menyimpan janji-janji Allah
“Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya
aku jangan berdosa terhadap Engkau. Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah
ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.” (Mazmur 119:11)
·
Hati itu tempat untuk mencari Allah
Lalu berkatalah
Samuel kepada seluruh kaum Israel
demikian: "Jika kamu berbalik kepada TUHAN dengan segenap hati, maka
jauhkanlah para allah asing dan para Asytoret dari tengah-tengahmu dan tujukan
hatimu kepada TUHAN dan beribadahlah hanya kepada-Nya; maka Ia akan melepaskan
kamu dari tangan orang Filistin."
(1 Samuel 7:3)
“Karena itu
marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman
yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat
dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” (Ibrani 10:22)
·
Hati itu tempat menerima didikan
“Hai anakku,
peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu.
Tambatkanlah senantiasa semuanya itu pada hatimu, kalungkanlah pada lehermu.” (Amsal
6:20,21)
·
Hati sebagai tempat berpikir
“Tetapi Yesus
segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia
berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?” (Markus 2:8 )
5:22 Akan
tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka:
"Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? (Lukas 5:22)
Kesimpulan:
Mengasihi Allah dengan segenap hati berarti secara
bulat kita menyediakan hati kita untuk sepenuhnya dikuasai oleh Roh Kudus. dan
diperintah oleh Tuhan Yesus. Dengan hati kita memelihara iman, menaati
hukum-hukum dan firman-Nya, memegang teguh janji-janji Allah, memikir-mikirkan
jalan-Nya, memiliki kerelaan hati untuk dididik oleh Allah dan mempunyai
kesediaan untuk mencari TUHAN.
- MENGASIHI ALLAH DENGAN SEGENAP JIWA
Untuk dapat mengasihi Allah dengan segenap jiwa maka
kita harus memahami terlebih dahulu, apakah jiwa itu? Jiwa berbeda dengan hati.
Jiwa adalah kesatuan yang tak terpisahkan antara pikiran, perasan dan kehendak
manusia. Apa yang tersimpan di dalam jiwa akan nampak dalam perilaku seseorang.
·
Mengasihi Allah Dengan Pikiran
Secara psikologis pikiran berfungsi untuk mengenal
fakta-fakta, untuk memahami suatu masalah, untuk menguraikan pendapat, untuk
melakukan analisa dan sintesa terhadap suatu masalah, dan untuk mengevaluasi
suatu tindakan. Tetapi secara rohani pikiran berfungsi untuk mengenal Allah
melalui ciptaan-Nya dan melalui firman-Nya. Untuk memikir-mikirkan hal-hal baik
dan memikir-mikirkan hal-hal yang rohani.
“Jadi
akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil,
semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8)
3:1 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan
Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah
kanan Allah.
3:2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di
bumi. (Kolose
3:1,2)
·
Mengasihi Allah Dengan Perasaan
Secara psikologis perasan berfungsi sebagai alat
bertimbang rasa dan untuk mempertimbangkan segala perkara sebelum mengambil
keputusan. Tetapi secara rohani perasaan berfungsi untuk membina hubungan
dengan sesama dan dengan TUHAN dan untuk menempatkan perasaan Kristus di
dalamnya. Selebihnya adalah supaya kita menggunakan perasaan kita seperti
perasaan yang terdapat juga di dalam Tuhan Yesus.
Firman-Nya berkata:
2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (Filipi 2:5-7)
3:8 Dan
akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi
saudara-saudara, penyayang dan rendah hati,
3:9 dan
janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki,
tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu
dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. (1 Petrus 3:8,9)
·
Mengasihi Allah Dengan Kehendak
Kehendak atau kemauan adalah dorongan untuk melakukan
sesuatu. Psikologi menyebutnya dengan motif. Motif berfungsi sebagai motor
penggerak tingkah laku seseorang. Secara rohani motif tidak boleh diarahkan
untuk kebebasan dan kepentingan sendiri. Mengapa? Karena kehendak manusia
cenderung memanjakan kepentingan daging sehingga dapat menyebabkan dosa. Tuhan
Yesus mengajar kita supaya menyerahkan kehendak kita kepada TUHAN. Bukan saja
mengajarkan kepada kita di dalam Doa Bapa Kami, tetapi Dia sendiri menjadi
modelnya.
Dalam penderitaan-Nya di taman Getsemani Dia berdoa: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39)
Kesimpulan :
Mengasihi Allah dengan segenap jiwa berarti:
·
Menyerahkan
pikiran kita untuk diisi dengan firman Allah, diisi dengan hal-hal yang baik,
yang benar, yang mulia dan yang rohani. Memikir-mikirkan bagaimana melayani
TUHAN lebih baik.
·
Mengisi perasaan
kita dengan perasaan yang terdapat di dalam diri Tuhan Yesus, belajar memahami
perasaan Allah, maksud dan pikiran-pikiran-Nya.
·
Menyelaraskan
kehendak kita dengan kehendak Allah, bahkan menyerahkan segala kehendak kita
kepada-Nya sebagaimana Tuhan Yesus taat kepada Bapa.
- MENGASIHI ALLAH DENGAN SEGENAP AKAL BUDI
Akal budi merupakan salah satu unsur pembeda antara
manusia dengan binatang, di samping roh dan moral. Kita ingat bagaimana kisah
tentang Nebukadnezar dalam Daniel 4. Ketika Allah mengambil roh dari padanya,
Nebukadnezar menjadi seperti binatang. Makan rumput, hatinya berganti menjadi
hati binatang dan kehilangan akal budi, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk
menengadah ke langit sebagai tanda rohani untuk mengenal dan mengakui Allah.
Akal adalah ikhtiar, daya upaya atau usaha untuk
mencapai sesuatu maksud. Budi adalah alat batin untuk membedakan baik-buruk,
benar-salah, bermoral atau tidak bermoral, mulia atau hina, dsb. Budi berarti
juga pikiran sehat, akal sehat; kebaikan, perbuatan baik.
Jadi, mengasihi Allah dengan segenap akal budi
berarti:
·
Berusaha mengenal
Allah dengan baik, dengan motivasi yang benar, menghindari hal-hal yang salah,
mengejar hal-hal yang baik, yang benar dan yang sempurna.
·
Menundukkan akal
pikiran kita di bawah rencana Allah. Terhadap hal-hal dan firman-Nya yang tidak
masuk di akal bukan bagian kita untuk menghakimi, melainkan bertanya kepada Roh
Kudus untuk memahami maksudnya.
·
Terhadap hal-hal
yang mustahil dan tidak masuk di akal kita tidak mencari jawabnya dengan akal
budi, melainkan dengan iman.
·
Mengenal Allah
dengan baik dan benar juga dilakukan dengan berusaha untuk mengerti pribadi
Allah, mau belajar firman-Nya dan mengikuti kehendak-Nya.
·
Berusaha mengenal
Allah secara pribadi. Pengalaman Ayub telah menjadi kesaksian bagi kita untuk
dapat mengenal Allah dengan benar. Tidak hanya berdasarkan kata orang saja atau
karena tradisi agamawi semata-mata tetapi berusaha untuk menemukan sendiri.
Pengalaman-pengalaman Ayub telah berhasil membuatnya menemukan jati diri Allah
dengan pengakuannya:: “Hanya dari kata
orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri
memandang Engkau.” (Ayub 42:5)
- MENGASIHI ALLAH DENGAN SEGENAP KEKUATAN
Kekuatan berbicara tentang kemampuan pisik untuk
melakukan suatu perbuatan. Ada empat hal penting dalam kaitan ini, yaitu
bagaimana kita menyerahkan tubuh kita sebagai persembahan kepada Allah,
bagaimana kita harus beribadah kepada Allah, bagaimana kita melakukan firman
Allah dan bagaimana mengasihi Allah dengan kekuatan-kekuatan lain.
·
Mengasihi Allah Dengan Mempersembahkan Tubuh
Rasul Paulus berkata: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan
kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1)
Wujud konkrit mempersembahkan tubuh itu adalah
bagaimana melayani sesama dan melayani TUHAN atau pekerjaan TUHAN.
·
Mengasihi Allah Dengan Hadir Dalam Peribadatan.
Pemazmur berkata: “Tujuh
kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.”
(Mazmur 119:164)
Daniel menulis: “Demi
didengar Daniel, bahwa surat
perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada
tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut,
berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” (Daniel 6:11)
Tuhan Yesus berfirman:
26:40 Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya
itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus:
"Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
26:41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu
jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:40,41)
·
Mengasihi Allah Dengan Melakukan Firman-Nya
Kita mengenal istilah logos dan rema. Logos adalah
firman Allah yang tertulis, yaitu Alkitab. Tetapi rema adalah perwujudan firman
itu di dalam diri kita atau di dalam tubuh kita dan mewarnai tingkah laku kita.
Surat Yakobus menulis: “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai
perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” (Yakobus 2:17)
“Tetapi
firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu,
untuk dilakukan.” (Ulangan 30:14)
“Tetapi
hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika
tidak demikian kamu menipu diri sendiri.” (Yakobus 1:22)
·
Mengasihi Allah Dengan Kekuatan Lainnya
Mungkin saja orang telah beribadah dengan baik, telah melakukan
firman dengan baik, tetapi tidak bisa melayani Allah dengan tubuhnya karena
alasan tertentu. Dalam kondisi seperti itu orang bisa mengunakan
kekuatan-kekuatannya yang lain. Misalnya kekuatan ekonomi.
“Kota yang
kuat bagi orang kaya ialah hartanya, tetapi yang menjadi kebinasaan bagi orang
melarat ialah kemiskinan.” (Amsal 10:15)
“Muliakanlah
TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka
lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu
akan meluap dengan air buah anggurnya.”
(Amsal 3:9)
C.
MENGASIHI ALLAH DENGAN MEMENUHI TUNTUTAN FIRMAN YANG
LAIN.
Di samping mengasihi Allah menurut tuntutan hukum
Taurat dan hukum kasih kita dapati juga tuntutan-tuntutan firman yang lain.
Firman-firman itu bersifat mendukung, melengkapi,
memperluas dan memperjelas hukum Taurat dan Hukum Kasih.
1.
Mengasihi Allah dengan melakukan
perintah-perintah-Nya.
Jawab Yesus: "Jika
seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi
dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” (Yohanes 14:23)
2.
Mengasihi Allah dengan mengasihi saudara.
4:20 Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi
Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena
barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi
Allah, yang tidak dilihatnya.
4:21 Dan perintah ini kita terima dari Dia:
Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya. (1 Yohanes
4:20,21)
3.
Mengasihi Allah dengan memuji-muji nama-Nya
“Segala yang
Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang
Kaukasihi akan memuji Engkau.” (Mazmur 145:10)
4.
Mengasihi Allah dengan membenci kejahatan
“Hai
orang-orang yang mengasihi TUHAN, bencilah kejahatan! Dia, yang memelihara
nyawa orang-orang yang dikasihi-Nya, akan melepaskan mereka dari tangan
orang-orang fasik.” (Mazmur 97:10)
5.
Mengasihi Allah lebih dari segala-galanya
“Barangsiapa
mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan
barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia
tidak layak bagi-Ku.” (Matius 10:37)
6.
Mengasi Allah dengan tidak mengasihi dunia
“Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang
ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada
di dalam orang itu.” (1 Yohanes 2:15)
“Janganlah
kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik,
yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)
7.
Mengasihi Allah dengan menggembalakan domba-domba-Nya
21:15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon
Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada
mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu,
bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah
domba-domba-Ku."
21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya:
"Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus
kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."
Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya:
"Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati
Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi
Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu,
Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya:
"Gembalakanlah domba-domba-Ku. (Yohanes
21:15-17)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar