Minggu, 17 November 2013

MASALAH REMAJA DI SEKOLAH DAN PENTINGNYA KONSELOR GURU

Peran seorang guru Kristen yang bertumbuh sebagai "orang tua kedua" bagi para siswa di sekolah sangatlah diperlukan. Ia tidak hanya berkesempatan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, tetapi juga menjadi konselor atau "sahabat" yang mendampingi dan membimbing mereka menurut iman Kristen di tengah permasalahan yang sedang dihadapi. Menangani remaja dengan setiap masalahnya yang "khas" memang memerlukan pendekatan khusus

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan sebuah masa transisi dengan setiap masalah dan pergumulannya masing-masing. Beberapa masalah itu muncul, mulai dari permasalahan di rumah, di sekolah, hingga di setiap lingkungan tempat mereka berinteraksi. Khususnya di sekolah, beberapa remaja bahkan memerlukan pendampingan khusus karena di sana mereka akan diperhadapkan pada beban studi, teman sebaya, kakak kelas, dan juga guru-guru yang akan memungkinkan mereka menghadapi beberapa masalah. Masalah-masalah ini tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja karena akan memengaruhi perkembangan remaja ke depannya. Oleh karena itu, peran guru sebagai konselor sangatlah diperlukan untuk mengarahkan, membimbing, dan mendampingi siswa dalam menghadapi masalah-masalah tersebut di sekolah.

B. Masalah-Masalah Remaja di Sekolah


Pada umumnya, masalah remaja di sekolah, baik di tingkat SMP maupun SMA, berkenaan dengan perilaku. Berikut beberapa masalah remaja di sekolah:

1. Perilaku Bermasalah (Problem Behavior)

Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasi dengan remaja lain, guru, dan masyarakat. Perilaku malu dalam mengikuti berbagai aktivitas yang digelar sekolah, misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja menjadi kurang pengalaman. Jadi, perilaku bermasalah ini akan merugikan remaja di sekolah secara tidak langsung akibat perilakunya sendiri.

2. Perilaku Menyimpang (Behavior Disorder)

Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau dan menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) serta perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami perilaku ini. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia merasa tidak tenang dan tidak bahagia sehingga menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.

3. Penyesuaian Diri yang Salah (Behaviour Maladjustment)

Perilaku tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, membolos, dan melanggar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menengah.

4. Perilaku Tidak Dapat Membedakan Benar atau Salah (Conduct Disorder)


Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku yang benar dan perilaku yang salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara berpikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya adalah karena sejak kecil, orang tua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan yang salah pada anak. Seharusnya, orang tua mampu memberikan hukuman (punishment) saat anak berperilaku salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak berperilaku baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perilaku antisosial, baik secara verbal maupun secara nonverbal, seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya.

5. Perilaku Berkaitan dengan Perhatian (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Perilaku berkaitan dengan perhatian adalah anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impuls-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hiperaktif. Remaja di sekolah yang hiperaktif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hiperaktif tidak akan memperhatikan lawan bicaranya dan cepat terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar.

C. Guru Sebagai Konselor

Guru tidak hanya bertugas untuk menyampaikan ilmu kepada siswa, tetapi juga mempunyai peran lainnya, yaitu menjadi orang tua kedua bagi siswa dan berperan sebagai konselor. Peran guru sebagai konselor sesungguhnya bukan hanya tugas guru Bimbingan Konseling (BK), tetapi juga tugas setiap guru wali kelas, termasuk guru Pendidikan Agama Kristen. Guru sebagai konselor akan menolong setiap murid yang sedang bermasalah dan jika memungkinkan dapat memberikan solusi sehingga mereka dapat keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi.

Guru beragama Kristen, khususnya, dapat membimbing siswa dengan memberikan nasihat yang berdasar pada kebenaran firman Tuhan, sekalipun ia bukan guru Bimbingan Konseling. Sebab, firman Tuhan itulah yang menjadi penuntun di setiap kehidupan kita. Seorang remaja yang sedang ada di masa transisi sangat membutuhkan pengenalan akan Tuhan kita, Yesus Kristus, nasihat-nasihat tentang kehidupan, dan pertolongan, agar mereka mengerti apa yang benar di hadapan Tuhan.

D. Cara Mengatasi Masalah-Masalah Perilaku Remaja
1. Dialog Antara Orang Tua dan Anak

Cara pertama untuk mengatasi masalah perilaku pada siswa, yaitu perlunya peran orang tua. Mengapa peran orang tua sangat dibutuhkan? Karena orang tua seharusnya menjadi orang yang paling dekat dengan anak, dan keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk bertumbuh dan bersosialisasi. Biasanya, saat anak menginjak masa remaja, anak akan enggan berkomunikasi dengan orang tua, khususnya bagi remaja pria, mereka lebih suka bergabung dan lebih terbuka kepada kelompoknya. Sedangkan remaja putri lebih senang berada di rumah dan menghabiskan waktu di kamar. Di sinilah, orang tua harus lebih memperhatikan anak-anak remaja mereka dan harus lebih sering bertanya kepada anak dan memberikan nasihat serta masukan.

2. Menasihati Anak untuk Menjalin Pertemanan yang Sehat

Baik orang tua maupun guru sebaiknya menasihati anak untuk menjalin pertemanan yang sehat. Memang, sejak kecil anak sudah diajar untuk tidak memilih-milih teman, tetapi Alkitab memberikan nasihat-nasihat dalam menjalin sebuah persahabatan. Biasanya, siswa mengalami masalah yang berkaitan dengan perilaku karena terus bergaul dengan teman sekelompoknya. Oleh sebab itu, baik orang tua maupun guru hendaknya mendorong anak-anak untuk masuk di lingkungan pertemanan yang sehat sehingga dapat menjalin persahabatan di komunitas yang sehat pula.

3. Memberikan Pendampingan, Perhatian, dan Kasih yang Tulus

Ketika beranjak dewasa, anak-anak akan menghabiskan waktunya di sekolah. Guru harus menjadi konselor dan motivator yang baik bagi siswa-siswa di sekolah. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, guru tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga membagikan nasihat kehidupan, ajaran, keterampilan, dan pengalaman kepada siswa. Jika guru menunjukkan pendampingan, perhatian, dan kasih yang tulus kepada siswa, tentu siswa akan merasa dihargai dan memiliki semangat belajar yang tinggi di sekolah. Proses konselor yang baik oleh para guru ini dapat mengantisipasi adanya permasalahan perilaku pada siswa dan juga mencegah terjadinya kenakalan remaja.

Sumber bacaan :
1. Dunn, R. Richard. "Membentuk Kerohanian Anak Muda". Literatur Perkantas, Surabaya 2012
2. Heagy, C. Ronald. "Dunia yang Mulai Liar". Pustakaraya, Jakarta 2006
3. "Konselor Pendidikan". Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Konselor_pendidikan

Senin, 14 Oktober 2013

Identitas: REMAJA

Masa remaja adalah masa di mana krisis identitas sedang terjadi. Mereka mulai mempertanyakan banyak hal berkaitan dengan diri sendiri, misalnya siapakah aku? Milik siapakah aku ini? Mengapa aku harus ada di dunia saat ini? Untuk apa seseorang harus belajar di sekolah? Untuk apa seseorang berteman? dll..

Mereka mencari identitas itu dari lingkungan mereka. Konsepsi diri terbentuk tanpa ia sadari. Semua pertanyaan yang muncul dari alam bawah sadarnya, terbaur bersama semua persepsi yang diperoleh dalam lingkaran pergaulan dan kehidupannya sehari-hari. Apa yang dia dengar, apa yang dia baca dari wajah orang dan dari perbincangan orang mengenai dirinya, dijadikan cetak biru konsepsi identitas diri. Akibatnya, banyak remaja yang tidak dapat menerima keadaan diri mereka. Pergaulan mereka telah membentuk konsepsi identitas diri yang semu dan menyesatkan. Mereka diajar untuk lebih menghargai hal-hal yang lahiriah daripada batiniah. Konsep yang tertanam dalam diri mereka ialah bahwa kalau aku kaya, tampil menarik dan tidak cacat, maka aku adalah orang yang paling bahagia. Itu sebabnya, banyak ditemukan remaja yang tidak bisa menerima diri sendiri.

Segala cara dihalalkan semata-mata agar ada yang mengakui mereka kaya, menarik, pintar, baik, dan segala yang berkenaan dengan pujian yang membanggakan hatinya. Untuk dianggap "macho" misalnya, mereka berani merokok, minum pil BK, wiski, dll.. Ketidakjelasan akan identitas diri seorang remaja akan menyebabkan dia kehilangan arah hidup. Dia akan dengan mudah dipengaruhi lingkungannya.

Remaja perlu mengetahui tiga hal mengenai identitas dirinya.

1. Remaja Adalah Makhluk Pembawa Gambar Allah

Dalam Kejadian 1:26 jelas dituliskan bahwa manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah. Apa maksudnya? Gambar dan rupa Allah menunjukkan kualitas/sifat-sifat yang dimiliki Allah, seperti kasih, pengampunan, rasional, bermoral, dll.. Gambar dan rupa ini merupakan letak salah satu perbedaan antara manusia dan binatang. Manusia memunyai kesadaran akan Allah, binatang tidak. Dalam sejarah tidak pernah ditemukan ada monyet yang bangun pagi-pagi dan langsung berdoa, pada hari Minggunya membawa Alkitab dan pergi ke gereja untuk beribadah.

Manusia memunyai hukum moral dalam hatinya, binatang tidak. Tidak pernah kita temukan ada singa yang merasa bersalah jika memakan anak, darah dagingnya sendiri karena lapar. Karena ada gambar dan rupa Allah dalam diri kita, maka setiap kali kita melakukan dosa (misalnya: menyontek, berbohong, mencuri, berjudi, dll.) hati kita menjadi gelisah. Ada suara hati yang tidak pernah berhenti menegur dan menuduh. Karena ada gambar dan rupa Allah, kita bisa berpikir dan berbuat yang terbaik bagi orang lain. Pembawa gambar Allah berarti utusan Allah. Tugasnya di bumi ini adalah melakukan apa yang Allah ingin dia lakukan. Allah ingin agar semua orang hidup di dalam damai. Remaja adalah makhluk pembawa gambar Allah.

Demikianlah mereka harus memancarkan sinar ilahi tersebut setiap harinya. Dia tidak boleh membiarkan dirinya dicemari oleh dosa. Dia harus sadar bahwa dirinya bukanlah hamba dosa, melainkan hamba/utusan Allah yang membawa damai dan bukan kekacauan. Gambar dan rupa Allah yang ada di dalam dirinya merupakan bukti dari utusan tersebut.

2. Remaja Sebagai Makhluk Sosial

Dalam Kejadian 1:18, jelas tersirat bahwa manusia diciptakan tidak untuk sendirian. Ada dorongan dari dirinya untuk mengusir kesepian dan kesendirian. Adam tidak menemukan adanya penetralisir jiwanya yang sedang kesepian itu di antara binatang-binatang yang sudah Tuhan ciptakan. Sampai Tuhan memberi Hawa kepadanya, Adam baru menjadi tenang dan tidak gelisah lagi. Dalam bahasa Ibrani, Kejadian 2:23 jelas berisi ekspresi suara Adam yang kaget bercampur rasa senang. "Wow, ini dia yang selama ini saya cari." Ekspresi itu menunjukkan bahwa Adam pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Dia tak dapat hidup sendirian tanpa orang lain. Dia butuh orang yang bisa diajak bekerja sama, bisa saling membagi ide dan gagasan bersama, bisa saling memerhatikan dan menegur.

Manusia pada hakikatnya tidak dapat hidup mandiri. Dia selalu membutuhkan orang lain dalam mewujudkan keinginannya. Semua remaja yang kurang suka bergaul patut diperhatikan, apakah ia memiliki gejala kurang sehat di dalam tahap perkembangannya. Masa remaja adalah masa di mana sahabat atau teman sebaya kadang lebih tinggi dari kepentingan pribadi. Solidaritas merupakan idealisme yang dijunjung tinggi. Demi solidaritas, mereka berani berbuat apa saja dari baku mulut sampai baku hantam. Tidak peduli siapa yang mereka hadapi, baik kepala keluarga (orang tua sendiri) maupun kepala sekolahnya. Solidaritas pada hakikatnya mulia sejauh itu bisa berjalan seiring dengan kehendak Allah (makhluk pembawa gambar Allah). Jika atas label solidaritas direncanakan perbuatan yang berkenaan dengan dosa dan segala macam rencana kejahatan, patutlah itu dihindari karena tidak sesuai dengan jati dirinya sebagai makhluk pembawa gambar Allah.

3. Remaja Sebagai Makhluk yang Berkuasa Atas Alam (Kejadian 1:28)

Keistimewaan lain dari manusia adalah bahwa dia satu-satunya makhluk yang diciptakan dan diberi wewenang/mandat untuk menguasai, mengolah, dan mendayagunakan seluruh yang ada dalam dunia ini. Jadi, dunia diciptakan bukan hanya untuk memperlihatkan keagungan karya Tuhan yang ajaib saja, melainkan juga untuk kepentingan bersama. Tuhan berjerih lelah menciptakan bumi dan segala isinya, dan memerintahkan pohon-pohon untuk menghasilkan buah. Semuanya itu untuk manusia.

Kalau Tuhan sampai menciptakan bumi dan segala isinya dulu baru menciptakan manusia, tentu ada maksudnya. Coba bayangkan bagaimana kalau Tuhan menciptakan manusia dulu baru bumi dan segala isinya? Bingung, 'kan? Bagaimana manusia bisa hidup tanpa ada makanan dan tempat tinggal? Jadi, sebenarnya puncak penciptaan tersebut ada pada manusia. Bumi diciptakan semata-mata untuk tempat tinggal manusia. Segala binatang, tumbuhan, dan alam semata-mata adalah untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan manusia.

Tuhan melihat bahwa manusia memunyai otak dan otot, sehingga bisa berkarya dan mengelola apa yang ada demi kebutuhannya bertahan hidup di bumi. Itulah sebabnya, Tuhan memberi wewenang kepada manusia untuk menaklukkan/menguasai alam dan segala isinya. Jadi, segala sesuatu yang ada di bumi ini ada di bawah kaki manusia, termasuk pohon, gunung, binatang, dll.. Nah, kalau ada orang yang masih (mau) menyembah pohon-pohon besar di belakang kebun, pergi ke Gunung Kawi untuk cari berkat, memahat patung berbentuk binatang untuk diberi sesajen, hal-hal itu menunjukkan bahwa ia tidak mengerti betapa istimewanya dia selaku manusia, bahkan dapat dikatakan dia telah membodohi dirinya sendiri.

Remaja banyak yang terjebak dalam okultisme. Banyak yang mencari dukun untuk sekadar bisa tampil berwibawa dan disegani banyak orang. Bermodalkan cincin dibangunlah kewibawaannya. Segala anjuran dan pantangan sang dukun, dia turuti. Padahal, tanpa ia sadari dia telah dibodohi dan diperalat Iblis: Makhluk hidup menjadi budak benda mati (cincin). Seharusnya, dia yang jadi majikan dan pepohonan/gunung itu yang jadi pelayannya. Sekarang malah terbalik, dia yang jadi pelayan, benda-benda mati yang jadi majikannya. Kalau Tuhan sudah memberi wewenang, berarti tidak ada lagi yang lebih berkuasa dari manusia di bumi ini. Itu berarti kita tidak perlu takut pada pohon-pohon atau daerah-daerah yang terkesan angker, tak perlu takut sama tempat-tempat gelap karena Tuhan telah memberi kuasa/wewenang. Kalau masih tetap takut, berarti kita ternyata lebih takut pada pohon ciptaan Tuhan daripada Tuhan sendiri (lebih taat pada pohon/pantangan dukun daripada pada Tuhan sendiri).

Kita perlu bersyukur kepada Tuhan atas kepercayaan yang begitu besar. Seluruh bumi dan segala isinya diserahkan Tuhan pada tangan kita. Ibarat seorang raja mewariskan seluruh wilayah kekuasaannya pada sang juru minum raja (dulu posisi ini adalah posisi/jabatan yang tinggi dalam suatu kerajaan). Tentu pertama-tama sikap sang juru minum raja adalah kaget setengah mati. Tetapi, setelah dia memangku jabatan menjadi penguasa, dia tak akan bertindak sewenang-wenang. Dia tahu pemberian ini adalah kepercayaan tuannya, dia akan berhati-hati dalam memerintah agar tuannya tak kecewa nantinya.

Rokok dan Remaja

Rokok bukanlah barang yang asing dalam kehidupan kita. Di mana-mana, kita menemukan rokok dan orang yang merokok. Saat ini, orang yang mengonsumsi rokok tidak hanya berasal dari kalangan dewasa, tetapi juga mereka yang masih di bawah umur, misalnya remaja. Sayangnya, masyarakat kita saat ini telah menganggap wajar fenomena memprihatinkan semacam ini.

Lalu, bagaimana tanggapan Alkitab terhadap hal ini? Seperti apa pandangan Alkitab terhadap aktivitas merokok? Apa yang akan terjadi jika aktivitas merokok ini juga dilakukan oleh remaja Kristen?

MEROKOK MENURUT PANDANGAN IMAN KRISTEN

Pada peradaban masyarakat modern saat ini, merokok sudah menjadi hal yang sangat umum. Maka, tidak heran apabila rokok dan aktivitas merokok sudah menjadi bagian dari pemandangan kita sehari-hari. Kapan pun dan di mana pun kita berada, rokok pasti ada, dan jumlah perokok pun sudah tidak dapat dihitung lagi. Fakta ini tentu menjadi satu masalah tersendiri bagi gereja, terutama kaum remajanya. Mengapa demikian? Dampak apakah yang akan ditimbulkan jika remaja Kristen sudah mulai mengkonsumsi rokok? Dan, apa kata Alkitab tentang mengkonsumsi rokok? Pada kesempatan ini, penulis akan menjelaskan beberapa hal mengenai dampak dari aktivitas merokok pada remaja dan pandangan iman Kristen tentang aktivitas merokok.

A. Ada Apa dengan Rokok?

Menurut sejarah, aktivitas merokok pertama kali dilakukan oleh penduduk asli Benua Amerika, yaitu Suku Indian. Aktivitas tersebut dilakukan sebagai bentuk ritual mereka untuk menyembah dewa-dewa atau roh. Kemudian, pada abad ke-16, Bangsa Eropa melakukan transmigrasi besar-besaran ke Benua Amerika dan bertemu dengan Suku Indian, dan akhirnya mereka pun mulai mencicipi rokok. Sejak saat itu, kebiasaan merokok menjamur di kalangan masyarakat Eropa. Pada abad ke-17, Bangsa Eropa menularkan kebiasaan tersebut kepada Bangsa Turki, dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia hingga hari ini.

Menurut ilmu kesehatan, rokok dianggap sebagai produk yang berbahaya. Hal ini dikarenakan bahan-bahan yang dipakai untuk membuat rokok mengandung zat-zat kimia yang dapat merusak sistem jaringan tubuh. Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat rokok adalah: tar, karbon monoksida, sianida, arsen, formalin, nitrosamine, dll.. Semua zat tersebut sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang serius.

B. Pandangan Alkitab Terhadap Rokok

Banyak kaum dewasa Kristen, khususnya orang tua, menyangkal bahwa merokok merupakan tindakan yang berdosa. Ironisnya, anggapan semacam itu sudah menular pada anak remaja meskipun anggapan tersebut jelas-jelas salah. Mengapa demikian? Mari kita lihat bersama-sama.

Alkitab memang tidak menyatakan secara langsung bahwa merokok merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dilarang oleh Allah. Namun, prinsip yang mengatur larangan merokok dapat kita temui dalam Alkitab. Pertama, kita dapat melihatnya dalam 1 Korintus 6:12, yang berkata, "Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun."

Hingga saat ini, fakta membuktikan bahwa merokok dapat menyebabkan kecanduan yang kuat. Maka, tidak heran apabila seseorang yang biasa merokok akan merasa resah jika tidak merokok. Efek candu yang terkandung dalam rokok dapat mengakibatkan penikmatnya menjadi sangat tergantung pada rokok. Salah satu contoh, apabila seseorang terbiasa bekerja dengan mengonsumsi rokok, ia tidak dapat bekerja dengan baik jika tidak dengan mengonsumsi rokok. Hal ini tentu akan berakibat fatal, mengingat rokok mengandung zat-zat yang dapat merusak jaringan dan sistem saraf tubuh. Selain itu, efek ketergantungan tentu saja dianggap tidak wajar. Sebab, sifat candu merupakan salah satu tanda ketidaknormalan kondisi psikologis, yang akan berakibat pada rusaknya salah satu saraf pada otak. Alkitab mengatakan bahwa kita tidak boleh diperhamba oleh apa pun dan tidak boleh bergantung, apalagi terikat, pada apa pun, kecuali pada Allah. Artinya, jika kita selalu bergantung pada rokok, kita tidak menghargai Allah sebagai Pribadi yang harus kita anggap sebagai Tuan.

Kedua, tertulis dalam 1 Korintus 6:19-20, yang berkata, "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!"

Saat melihat sebuah iklan rokok atau menemukan bungkus rokok, kita pasti akan membaca pesan peringatan tentang bahaya rokok bagi kesehatan tubuh. Dalam peringatan tersebut dituliskan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung, impotensi, dll.. Mungkin Anda berpikir, bagaimana mungkin sebuah produk sama sekali tidak menuliskan dampak positif dari penggunaan produk tersebut, tetapi justru secara terang-terangan mencantumkan dampak negatifnya? Dan, ini hanya terjadi pada produk rokok. Ironisnya, masyarakat kita yang modern dan berpengetahuan luas tidak menghiraukan bahaya merokok yang dicantumkan oleh si pembuat produk tersebut. Yang lebih menakutkan, rokok saat ini sudah mulai dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur, seperti yang kita ketahui di pemberitaan beberapa media masa. Setelah mengetahui fakta tersebut, apakah sekarang kita akan mengatakan bahwa merokok adalah memuliakan Allah, sementara kita tahu bahwa merokok merupakan tindakan merusak tubuh kita (bait Roh Kudus)? Dan, apakah merokok merupakan suatu tindakan yang berguna dan menguntungkan bagi pekerjaan Allah? Tentu jawabannya adalah "Tidak". Dan, apabila ada seorang yang mengajukan pertanyaan kepada kita apakah merokok itu dosa, jawabannya adalah "Ya".

Setiap orang percaya harus menyadari bahwa tubuhnya adalah bait Roh Kudus dan telah dibayar dengan lunas oleh darah Kristus. Dengan kata lain, tubuh kita bukan lagi milik kita sendiri dan kita tidak boleh melakukan semau kita terhadap tubuh kita. Ketika kita melakukan sesuatu yang merugikan tubuh kita, tindakan itu termasuk menyakiti Tuhan, dan tentu saja berdosa. Dalam ringkasan kesepuluh Hukum Taurat, Tuhan Yesus mengatakan dua perintah yang paling utama, yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Jadi, jika kita dengan sadar melakukan tindakan yang merusak tubuh kita sendiri, tindakan itu sudah melanggar perintah Tuhan (dosa). Sebab, sekali lagi, tubuh kita adalah bait Roh Kudus yang harus dijaga dengan baik sebagai bentuk tindakan memuliakan Tuhan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, kita tentu tidak dapat menyangkal lagi bahwa merokok adalah tindakan berdosa. Sebab, Alkitab sudah dengan jelas memberikan prinsip-prinsip yang menyatakan bahwa merokok adalah dosa. Kalau begitu, mengapa istilah 'rokok' atau aktivitas sejenisnya tidak pernah disebutkan dalam Alkitab? Alkitab memang tidak pernah menyebutkan istilah 'rokok'. Sebab, pada zaman Alkitab ditulis, produk semacam itu belum dikenal. Sama halnya seperti istilah narkoba, internet, apolo, mesin, dsb., yang pada zaman itu belum ada.

C. Rokok bagi Remaja Kristen

Pada tahun 2001 dan 2004, BPS (Badan Pusat Statistik) melakukan Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) yang menghasilkan data bahwa terjadi kenaikan jumlah perokok di Indonesia, baik untuk konsumen pria dan wanita dewasa maupun anak-anak. Pada tahun 2001, jumlah perokok perempuan dewasa di Indonesia adalah 1,3%. Tahun 2004, angka tersebut naik menjadi 4,5% (naik 3,5x). Untuk remaja putri (usia 15 -- 19 tahun) yang merokok, pada tahun 2001 sebanyak 0,2% dan meningkat menjadi 1,9% pada tahun 2004 (naik 9,5x). Untuk perokok anak-anak sendiri (usia 5 -- 9 tahun) pada tahun 2001 sebesar 0,4% dan naik menjadi 1,8% pada tahun 2004 (naik > 4x).

Fakta kenaikan konsumen rokok, apalagi yang melibatkan anak di usia remaja, tentu menjadi keprihatinan bagi kita, mengingat bahwa rokok dapat merusak tubuh dan secara otomatis dapat menurunkan kualitas manusia.

Kita mungkin bertanya-tanya, mengapa saat ini rokok menjadi salah satu produk yang begitu digemari oleh banyak orang? Salah satu alasannya adalah munculnya iklan-iklan rokok, mulai dari yang terkecil hingga yang paling besar di masyarakat. Bukan hanya itu, jika kita perhatikan iklan rokok yang ditayangkan di televisi, kita akan melihat bahwa image yang dibentuk oleh iklan tersebut adalah, bahwa orang yang mengonsumsi rokok terkesan keren dan sukses dalam menjalani kariernya. Bahkan, rokok dipresentasikan sebagai sesuatu yang dapat memberikan banyak inspirasi bagi penggunanya. Iklan yang disodorkan oleh produsen rokok tersebut ternyata mampu memberikan pengaruh yang sangat besar kepada remaja masa kini. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Hamka beserta Komnas Anak pada tahun 2007 memperlihatkan bahwa sebanyak 99,7% anak melihat iklan rokok di televisi. Enam puluh delapan persen dari mereka mengatakan memiliki kesan positif terhadap iklan rokok, 50% mengatakan menjadi lebih percaya diri seperti di iklan. Hal ini sangat mengejutkan, mengingat rokok merupakan salah satu barang yang berbahaya. Jika demikian halnya, bagaimana dengan remaja Kristen?

Remaja Kristen adalah masa depan gereja. Di samping itu, mereka juga manusia biasa yang hidup di lingkungan masyarakat yang terbuka. Sangat mudah bagi mereka untuk masuk dalam "dunia rokok" tersebut. Fakta menunjukkan bahwa banyak pemuda Kristen yang terjerat dalam "dunia rokok". Jika ditelusuri, kejatuhan para remaja Kristen dalam "dunia rokok" tidak hanya melalui iklan-iklan yang disajikan, namun juga dari teman-teman mereka. Fakta membuktikan banyak remaja yang merasa tertekan oleh teman-teman mereka karena mereka tidak merokok. Mereka sering dikatakan banci, kurang gaul, sok rohani, kuno, dan lain-lain karena tidak merokok. Akhirnya, mereka pun mengonsumsi rokok karena tekanan tersebut.

Kita harus ingat bahwa remaja belum memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup tentang bahaya merokok, sehingga sering kali remaja Kristen yang awalnya tidak merokok, merasa cukup nyaman dengan aktivitas merokoknya. Sebab, bagi mereka tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari mengonsumsi rokok. Sebagai pembina, tugas kita adalah selalu mengingatkan mereka bahwa merokok adalah tindakan yang melanggar firman Tuhan dan merugikan kesehatan. Para pembina dan orang tua harus mengambil tindakan yang tegas dan cepat ketika mengetahui remaja mereka mulai mengonsumsi rokok. Ini memang tidak mudah, mengingat lingkungan sangat berpotensi untuk membawa mereka jatuh dalam "dunia rokok". Namun, dengan usaha keras dan ketekunan, kita yakin bahwa Tuhan akan mengubah sikap hati mereka dan membuka pikiran mereka sehingga mereka memiliki kesadaran bahwa aktivitas merokok dibenci Tuhan dan membahayakan kesehatan.

Selasa, 01 Oktober 2013

BOLEHKAH ORANG KRISTEN MENIKAH DENGAN YANG TIDAK SEIMAN ?


Pertanyaan ini muncul dari seorang (sebutlah namanya David). Pemasalahannya ketika David menanyakan hal ini, dia sedang dalam posisi bertunangan dengan orang yang tidak seiman. Alasannya adalah :
  1. David akan mengajarkan istrinya nanti mengenai ajaran ke-Kristenan.
  2. Yang penting Cinta, cinta akan mengatasi segala perbedaan.
  3. Yesus saja mencintai semua bangsa, bahkan mau bergaul dengan orang Samaria (orang yang tidak kudus).

Jawaban dari pertanyaan ini sangat sederhana. TIDAK. Namun, marilah kita melihat apa kata Alkitab.


PASANGAN YANG TIDAK SEIMBANG

Ayat yang seringkali kita berikan adalah 2 Korintus 6:14
Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?
Dalam bahasa asli, kata "pasangan yang tidak seimbang" adalah "heterozugeo" yang berasal dari akar kata "heteros" yang berarti "lain, berubah, berbeda atau bertentangan". Sedangkan kata lainnya adalah "zugos" yang berarti "pasangan".

Istilah ini sebenarnya digunakan bagi hewan yang menarik bajak (menggunakan kuk), tapi pasangan kerjanya tidak seimbang. 


MASALAHNYA APA?
Mungkin banyak dari Anda yang bertanya, "apa masalahnya dengan pernikahan dengan yang tidak seiman?".  Mungkin Anda berpikir bahwa Anda memiliki banyak kesamaan dengan pasangan yang tidak seiman, namun ada satu perbedaan yang sangat fatal.

1. BERHALA
Alkitab mengajarkan kita untuk menjauhi berhala. Apa yang dimaksud dengan berhala? Berhala adalah sesuatu yang dijunjung sama tingginya atau bahkan lebih tinggi daripada sanjungan kita kepada Tuhan.
Dalam keKristenan kita percaya bahwa pernikahan adalah proses antara suami dan istri menjadi satu daging.

Matius 19:5 "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging".

Ketika kita menjadi satu daging, maka ada bagian dari tubuh kita yang tidak menyembah Yesus (bagian dari pasangan kita yang tidak seiman). Dan itu akan menjadi batu sangdungan bagi kita sendiri. 

Matius 5:30
" Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu dengan utuh masuk neraka"

2. PERZINAHAN
Jika kita memahami bahwa sejak Perjanjian Lama Tuhan melarang pernikahan yang berbeda iman (baca Ezra 10:11), maka kita harus mengambil kesimpulan bahwa PERNIKAHAN BEDA IMAN TIDAK DIBERKATI TUHAN. Bahkan saya berani berkata, walaupun pasangan itu diberkati di gereja, saya percaya Tuhan tidak memberkati pasangan tersebut. Alasannya sederhana, karena Tuhan tidak akan melawan apa yang difirmankanNya.
Jika suami dan istri diberkati Tuhan, maka hubungan seksual yang mereka lakukan adalah hubungan suci. Tapi jika ada seorang laki-laki dan perempuan yang melakukan hubungan seksual dan belum diberkati, maka mereka hidup dalam perzinahan.
Selama mereka tidak diberkati Tuhan, maka mereka hidup dalam perzinahan. Karena Tuhan hanya memberkati pasangan yang seiman.


PACARAN DENGAN ORANG YANG TIDAK SEIMAN
Untuk permasalahan ini, kita tetap berpegang pada ajaran Alkitab, dimana Alkitab sama sekali tidak melarang tentang hal itu. Namun kita harus mengerti bahwa tindakan ini memiliki resiko yang sangat besar dan bisa menimbulkan permasalahan.

Memang kita tidak bisa menutup kemungkinan, bahwa mungkin saja dalam masa pacaran tersebut, kita memiliki kesempatan untuk mengajarkan orang tersebut ajaran mengenai ke-Kristenan. Bahkan ada beberapa orang yang menyebutnya dengan "berpacaran sekaligus melakukan misi penginjilan". Namun dalam konteks Indonesia, secara statistik, sangat jarang orang yang berpindah menjadi Kristen selama masa pacaran.

Namun untuk pandangan ini, kita harus memiliki garis yang jelas, "JANGAN MENIKAH DENGAN PASANGAN YANG MASUK KRISTEN HANYA KARENA INGIN MENIKAHI ANDA".

Ya, jangan pernah menikahi orang seperti itu. Ada banyak temuan bahwa dimana sang lelaki bersedia dibaptis dan mengaku menjadi Kristen, sehingga kebutuhannya hanya untuk bisa diberkati di gereja saja.
Kita hanya boleh menikahi orang yang masuk Kristen karena percaya Yesus. Mengapa?
Orang yang menerima Yesus dengan alasan pribadi, akan jauh menyayangi Anda karena dia mengenal pribadi Yesus dengan lebih dalam.

BAGAIMANA DENGAN YANG SUDAH TERLANJUR MENIKAH DENGAN ORANG YANG TIDAK SEIMAN?

Alkitab menjawab dalam 1 Korintus 7:12-16

"kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu.  Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus.   
Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera. Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan  suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?"


KESIMPULAN
Alkitab jelas mengatakan seorang Kristen tidak boleh menikah dengan orang yang tidak seiman. Mengharapkan pasangan kita menjadi Kristen setelah pernikahan terjadi bukanlah pilihan yang bijaksana, dan berisiko menghadirkan konflik serta rasa frustasi. 
Pacaran dengan orang yang tidak seiman juga sebenarnya akan menjadi masalah (namun sebakaiknya kita tetap berpatokan dengan Alkitab, bahwa Alkitab tidak melarang), walaupun ada kemungkinan orang tersebut mengenal Yesus melalui fase pacaran ini.

Senin, 23 September 2013

Ketika Kita ter-Tolak

Nats: Kolose 3:13
“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”


Rasanya tentu sangat sulit sekali pada saat kita menjadi seseorang yang ter-Tolak, terutama bila yang menolak adalah seseorang yang Anda cintai. Mungkin salah satu dari anak-anak Anda, pasangan Anda, atau teman bahkan sahabat dekat sekalipun.

Alkitab mengatakan kita perlu mengampuni orang itu karena Allah sudah lebih dulu mengampuni kita. Kunci untuk mampu mengampuni orang lain ada dalam Kolose 3:13. Kuncinya adalah dengan mengingat apa yang Tuhan sudah lakukan bagi kita. Bila kita ingat apa yang Yesus Kristus sudah lakukan untuk kita, maka kita memiliki kekuatan untuk memaafkan orang lain.

Jika kita berpegang pada rasa sakit hati, maka itu hanya akan berakhir dengan menyakiti diri kita sendiri. Bila kita tidak mengampuni orang lain, kita menciptakan kepahitan dan kemarahan dalam diri kita sendiri. Ini akan menggerogoti dari dalam dan menguras energi kita, dan membuat lelah sepanjang waktu. Setiap kali kita mulai merasa kepahitan terhadap seseorang, ingatlah apa yang Yesus lalukan di kayu salib, bagaimana Dia mengasihi kita dan Dia rela untuk memberikan nyawa-Nya sehingga dosa-dosa kita dapat diampuni.

Tuhan Yesus pernah ditolak dan dihina pada saat Dia tergantung di Kayu Salib, tapi Dia melihat semua orang dan berdoa, “Bapa, ampunilah mereka. Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan” (Lukas 23:34)

Dalam kelemahlembutan dan kerendahan hati yang lengkap, Yesus memberikan nyawa-Nya karena Dia mencintai kita semua. Dia tidak hanya memikirkan diri-Nya sendiri, justru saat itu Dia sedang memikirkan kita semuanya.

Petrus berkata, “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.” (1 Petrus 2:23)

Definisi pengampunan ditemukan dalam dua kata dalam 1 Petrus 2:23 adalah: “menyerahkannya kepada Dia.” Ketika kita membiarkan Tuhan bekerja dan membuat hal-hal menjadi benar, maka pengampunan bukanlah sekedar tentang mempercayai orang itu lagi atau melupakan segala sesuatu yang terjadi.
Pengampunan adalah tentang menempatkan situasi di tangan Tuhan, bukan mencari kesempatan untuk balas dendam atau menyimpan dendam. Dalam kelemahlembutan dan kerendahan hati yang lengkap, sebab Tuhan Yesus saat memberikan nyawa-Nya itu karena Dia mencintai kita semua. Imanuel …..